Hanya saja, masalah yang harus dihadapi GPMT adalah soal manajemen stok. Pasalnya, panen jagung tak berlangsung tiap bulan dan jumlah tiap daerah produksi yang tak bisa diprediksi.
Selain itu, Desianto bilang, perusahaan pakan menginginkan jagung dengan kadar air maksimal 15% sehingga biaya pasca panen untuk pengeringan bisa diminimalisir.
Untuk menjaga stok jagung tetap tersedia, Kemtan akan memberdayakan Bulog sebagai penampungan kelebihan produksi jagung sepanjang tahun ini.
"Solusinya adalah kalau oversupply, Bulog sepakat turun tangan dan akan menyalurkan jagung untuk 41 perusahaan pakan ternak ketika membutuhkan," terang Amran.
Sekadar informasi, tahun lalu, GPMT masih meminta kuota impor jagung lewat Bulog sekitar 800.000 ton akibat mahalnya harga jagung lokal serta tak tersedia di pasaran.
Desianto memastikan jika prediksi jumlah produksi jagung dari Kemtan akurat dan manajemen stok bisa berjalan baik, maka tahun ini, GPMT tidak akan meminta izin impor jagung untuk mengisi stok kepada Kemtan.
Saat ini, harga jagung di tingkat petani sekitar Rp 3.100 per kilogram (kg), sedangkan harga di tingkat pabrik sekitar Rp 4.200 per kg. Pemerintah berharap harga ini tetap stabil sepanjang tahun ini.
Reporter: Elisabeth Adventa