Rakhmi Permatasari, Perencana Keuangan Safir Senduk dan Rekan, mengingatkan, sebelum melangkah ke pengenalan investasi sesungguhnya, anak harus betul-betul tamat memahami konsep menabung dahulu.
Jika belum paham, dikhawatirkan setelah besar si anak akan terbiasa jajan, menghabiskan uang, atau membeli barang apapun dengan cara kredit atawa mencicil.
Jangan lupa, untuk memberi penjelasan ke anak kalau investasi juga mengandung risiko kerugian.
“Yang diinginkan anak adalah mengerti bahwa dengan berusaha menahan uang dia bisa mendapatkan hasil yang lebih di masa depan, walau kemungkinan rugi juga tetap ada,” ujar Rakhmi.
Menurut Freddy, investasi yang diajarkan bisa berbeda-beda tergantung dari ketertarikan di anak. Mungkin dari SMP mereka bisa diajarkan bisnis untuk menambah uang saku.
Ini sesuai dengan hobi atau keinginan anak. “Orientasinya jangan cari uang tapi untuk menghargai uang,” kata dia.
Untuk produk investasi yang ada di pasaran, Freddy menuturkan, orangtua bisa mulai memperkenalkannya semenjak anak duduk di bangku SMP, misalnya, deposito perbankan. Saat SMA, perkenalan produk investasi berlanjut ke logam mulia atau emas dan reksadana.
Ketika sudah kuliah, baru pengenalan saham. “Perkenalan produk-produk investasi memang disesuaikan dengan umur anak,” kata Rakhmi.
Reporter: Francisca Bertha Vistika