TRIBUNNEWS.COM, LINGGA - Pemerintah Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), tidak main – main dalam merespon instruksi Presiden Joko Widodo agar setiap daerah menyediakan lahan pertanian minimal 5 – 50 hektar untuk memproduksi buah – buahan lokal.
Dengan harapan, kabupaten paling selatan Kepri itu, tidak lagi dikuasai buah – buahan impor, tapi sebaliknya sebagai penguasa pasar ekspor buah – buahan.
“Kita sudah punya komitmen menjadikan Lingga sebagai basis pertanian organik terbesar di wilayah perbatasan Singapura. Jadi, ke depan, Lingga tidak hanya menjadi produsen beras organik, tapi juga penghasil buah – buahan organik terbesar di Kepri,” ungkap Bupati Lingga, Alias Wello di Daik Lingga, Senin (30/1/2017).
Mantan Ketua DPRD Lingga itu mengungkapkan sikap optimismenya menjadikan Lingga sebagai sentra buah – buahan lokal usai mengunjungi Kebun Percobaan Banjarsari, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (2/1/2017). Ia memanfaatkan waktu liburannya itu untuk melihat dari dekat prospek pengembangan buah – buahan lokal dan belajar teknologi budidayanya di Kebun Percobaan Banjarsari.
“Alhamdulillah, tahun 2016 lalu, kita sudah menanam 16.500 pohon dari berbagai jenis buah – buahan lokal, seperti manga, jeruk, belimbing, lengkeng dan lainnya. Tahun 2017 ini, kita akan lanjutkan menanam anggur di atas lahan seluas 10 hektar,” jelasnya.
Dalam kunjungan ke Kebun Percobaan Banjarsari yang telah berhasil mengembangkan 49 varietas tanaman anggur, khususnya anggur dataran rendah itu, Bupati Lingga yang akrab disapa Awe itu, didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lingga, Rusli Ismail, Kabid Perekonomian dan SDA Bappeda Lingga, Arief dan Kabag Umum Setda Lingga, Armia.
Saat melakukan pertemuan dengan pimpinan Kebun Percobaan Banjarsari, Sukadi, Bupati Lingga menawarkan kerjasama investasi pengembangan tanaman buah – buahan jenis anggur dan mengundang para peneliti Kebun Percobaan Banjarsari untuk melakuan study awal mengenai prospek dan potensi pengembangan tanaman anggur di Kabupaten yang memiliki wilayah 604 pulau itu.
“Tadi kami sudah sepakat, kita segera buat MoU. Kita juga meminta agar Kebun Percobaan Banjarsari bersedia menyediakan bibit anggur, mengirimkan beberapa tenaga ahli mulai dari proses penanaman, pemeliharaan sampai penanganan pasca panen di Lingga,” kata Awe.
Konsep pengembangan sektor pertanian di Lingga, lanjut Awe, sedang diarahkan pada konsep agrowisata agar memiliki nilai tambah. Hal ini memungkinkan dilakukan karena letak geografis Lingga yang berbatasan langsung dengan daerah tujuan wisata, seperti Batam, Bintan dan Tanjungpinang.
“Jadi, selain menghasilkan buah segar, kita juga bisa memperoleh keuntungan tambahan dari wisatawan yang datang berkunjung menikmati kebun buah – buahan. Apalagi sekarang ada kecenderungan wisatawan dunia itu sudah mulai melirik obyek – obyek wisata alami,” tambah Awe.
Sebagaimana diketahui, sejak dilantik sebagai Bupati Lingga pada 17 Februari 2016 lalu, Awe langsung memproklamirkan program prioritasnya pada sektor pertanian. Selain bertekad menjadikan Lingga sebagai lumbung beras organik, ia juga ingin menjadikan bumi Bunda Tanah Melayu itu sebagai penghasil buah – buahan terbesar di Kepri.
Salah satu daerah yang dilirik sebagai pusat pengembangan tanaman buah – buahan adalah Tanah Putih, Desa Marok Tua, Kecamatan Singkep Barat. Daerah yang memiliki luas sekitar 500 hektar itu, kini berubah drastis dari semula hanya sebagai lahan tidur menjadi pusat perkebunan buah – buahan.