TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski sempat bertenaga di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup memerah di akhir sesi I hari ini (27/2).
Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks turun 0,22% menjadi 5.373,83.
Ada 131 saham yang tertekan. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyak 122 saham dan 116 saham lainnya tak berubah posisi.
Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 7,512 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 116 saham.
Jumlah sektor yang melorot siang ini sebanyak enam sektor. Adapun tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain: sektor perdagangan turun 0,79%, sektor industri lain-lain turun 0,77%, dan sektor konstruksi turun 0,73%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di posisi top losers siang ini antar lain: PT PP Properti Tbk (PPRO) turun 4,11% menjadi Rp 280, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 3,69% menjadi Rp 6.525, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) turun 3,26% menjadi Rp 2.080.
Sedangkan di posisi top gainers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) naik 5,3% menjadi Rp 318, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) naik 2,52% menjadi Rp 1.630, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 2,44% menjadi Rp 2.520.
Investor asing juga tampak melepas kepemilikannya atas saham-saham Indonesia. Di sesi I, net sell asing mencapai Rp 116,9 miliar di seluruh market. Sedangkan di pasar reguler, net sell asing mencapai Rp 21,3 miliar.
Asia juga tak bertenaga
Kondisi serupa juga tampak pada transaksi perdagangan bursa Asia. Pada pukul 10.27 waktu Singapura, indeks Nikkei 225 Stock Average turun 1,16%. Saham eksportir tampak tertekan penguatan yen yang ditransaksikan di posisi 112,12 per dollar AS.
Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,2%, indeks ASX 200 turun 0,12%, dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,28%. Sedangkan indeks Shanghai Composite turun 0,2% dan Shenzhen Composite naik 0,05%.
Penurunan bursa Asia terjadi bersamaan dengan anjloknya nilai tukar poundsterling sebesar 0,5% terhadap dollar AS. Berdasarkan data CNBC, pada pukul 08.18 waktu Singapura, poundsterling melemah 0,4% terhadap dollar AS di awal perdagangan di posisi US$ 1,2413.
Posisi poundsterling melemah dari level di atas US$ 1,2500 di sesi sebelumnya. Bahkan, mata uang Inggris ini sempat merosot 0,5% lebih.
Para analis merujuk pada laporan di harian Times yang memprediksi Perdana Menteri Theresa May tengah mempersiapkan referendum kemerdekaan pemerintah Skotlandia.
"Jika itu kasusnya, saya melihat ada reaksi yang berlebihan di market," jelas Ray Attrill, global co-head of foreign exchange strategy National Australia Bank kepada CNBC.
Attrill menambahkan, jika maket benar-benar mengira akan ada referendum kemerdekaan dalam waktu dekat, maka posisi poundsterling akan sangat rentan.
"Lihat saja kejatuhan poundsterling pada referendum sebelumnya di awal September 2014," imbuhnya.