TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbeda dengan kinerja bisnis divisi otomotifnya yang kinclong di 2016, kinerja grup divisi jasa keuangan di PT Astra International Tbk (AI) sepanjang 2016 justru memburuk. Laba bersih turun tajam hingga 78 persen menjadi hanya Rp 789 miliar di 2016.
Presiden Direktur AI Prijono Sugiarto dalam keterbukaan informasi melalui release tertulis kepada Tribunnews, Senin (27/2/2017) menyebutkan, penurunan laba bersih grup jasa keuangan IA tahun 2016 berasal dari Bank Permata.
Bank ini harus meningkatkan pencadangan atas kredit bermasalahnya secara signifikan, terutama di
segmen komersial.
Namun, ada anak usaha AI yang membukukan kinerja bisnis yang bagus di divisi ini. Misalnya pada perusahaan pembiayaan PT Federal International Finance (FIF), PT Toyota Astra Financial Services (TAF) dan PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra).
"Sektor bisnis pembiayaan konsumen menunjukkan kenaikan total pembiayaan sebesar 21%
menjadi Rp74 triliun, termasuk pembiayaan melalui joint bank financing without recourse," sebut Prijono Sugiarto .
Baca: Divisi Otomotif Grup Astra International Tbk Raih Laba Rp 9,2 Triliun, Penjualan AHM Turun
PT Astra Sedaya Finance (ASF) yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan
laba bersih sebesar 4% menjadi Rp934 miliar akibat menurunnya jumlah unit pembiayaan
mobil bekas.
Sementara pembiayaan roda empat lainnya, yakni TAF mencatat peningkatan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp351 miliar. FIF yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 20% menjadi Rp1,8 triliun, karena diversifikasi produk pembiayaan.
Di sisi lain, total pembiayaan yang dikucurkan oleh Grup pembiayaan alat berat meningkat 20%
menjadi Rp4,7 triliun.
Baca: Turun Tipis, Astra International Bukukan Pendapatan Bersih Konsolidasian Rp 181,1 Triliun di 2017
PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF), yang memiliki spesialisasi di pembiayaan alat berat kelas kecil dan menengah, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 26% menjadi Rp81 miliar.
Kemerosotan Bank Permata
Karena kinerjanya menurun, Bank Permata yang 44,6% sahamnya dimiliki AI, mencatat kerugian bersih
Rp 6,5 triliun di tahun 2016 dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 247 miliar pada tahun 2015.
Kerugian ini disebabkan kenaikan signifikan jumlah pencadangan atas kredit bermasalah menjadi sebesar Rp12,3 triliun, yang mencerminkan kenaikan rasio gross non-performing loan (NPL) dari 2,7% pada akhir tahun 2015 menjadi 8,8% pada akhir tahun 2016.
Sementara itu rasio net NPL meningkat dari 1,4% menjadi 2,2%. Untuk memperkuat struktur permodalannya, rights issue sebesar Rp3,0 triliun diharapkan rampung pada paruh pertama 2017.
Sebanyak Rp1,5 triliun telah diterima sebagai capital advance dari kedua pemegang saham utama, Astra dan Standard Chartered Bank, Ditambah dengan R p5,5 triliun yang diperoleh dari rights issue bulan Juni 2016, Bank Permata akan memperoleh tambahan modal sebesar Rp8,5 triliun.
PT Asuransi Astra Buana yang bergerak di bisnis asuransi kerugian mencatat sedikit kenaikan
laba bersih menjadi Rp 923 miliar, karena kenaikan pendapatan investasi.
Selama tahun 2016, perusahaan asuransi jiwa patungan Grup, PT Astra Aviva Life, berhasil
menambah lebih dari 158.000 nasabah asuransi jiwa perorangan dan 133.000 nasabah asuransi program kesejahteraan karyawan, sehingga pada akhir tahun 2016 jumlah nasabah perorangan dan nasabah melalui program kesejahteraan karyawan, masingmasing menjadi 228.000 dan 596.000 nasabah.