TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dijuluki sebagai kota industri terbesar di Indonesia, Karawang kini menjadi kota yang dipercaya oleh perusahaan asing untuk mendirikan usaha serta bisnisnya. Bahkan tidak sedikit investor asing yang memilih untuk menjadi investor di perusahaan yang didirikan di Karawang.
Saat ini, Karawang mulai memantapkan posisi sebagai kota industri yang ditunjang berbagai proyek properti. Karawang semakin berpotensi sebagai titik panas pembangunan properti setelah beberapa pengembang besar menggarap proyek di sana.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), menjadi salah satu pengembang nasional yang mengembangkan proyek perumahan Grand Taruma Karawang.
“Kami yakin roda perekonomian di Karawang akan terus tumbuh meningkat seiring menjamurnya proyek industri dan properti,” ujar Assistant Vice President Strategic Marketing PT Agung Podomoro Land (APL) Agung Wirajaya, dalam keterangan tertulis, Rabu (12/7/2017).
Menurut Agung, proyek Grand Taruma Karawang juga menjadi salah satu proyek residensial unggulan milik APL, selain Medan, Balikpapan dan Batam.
Kompleks hunian yang menempati area seluas 48 hektare ini, mengusung konsep hunian hijau, dengan total 40 persen dari kawasan untuk area penghijauan. Dan model-model bangunan di dalamnya berupa bangunan tropis modern yang asri, lapang, dan lingkungan sekitar bersih.
Dari 9 klaster perumahan di dalam kawasan Grand Taruma, 8 klaster telah terisi 1.077 unit rumah tropis dua lantai dalam berbagai tipe, sedangkan 1 klaster yakni klaster Adityawarman akan disediakan untuk segmen rumah kebun sejumlah 56 unit.
Lokasi klaster Adityawarman ini berada di bagian depan dari kawasan, sehingga sangat strategis. “Saat ini, sudah lebih dari 92 persen rumah dan ruko di Grand Taruma Karawang yang telah terisi dibeli konsumen,” tambah General Manager Grand Taruma Rina Irawan.
Menurut Rina, kompleks perumahan Grand Taruma merupakan kawasan perumahan premium. Harga rumah disini antara Rp1,2 miliar untuk tipe terkecil 69/126 hingga Rp 3,7 miliar untuk tipe 235/300. Sedangkan, harga sewa rumah-rumah di dalam Grand Taruma kini berkisar di angka Rp 70 juta sampai Rp 80 juta per tahun.
Kompleks hunian premium ini dilengkapi dengan water park seluas 2,4 hektare, food area seluas 2 hektare, rumah sakit, pom bensin, kampus, dan keamanan yang terjaga 24 jam ditunjang berbagai fasilitas seperti CCTV dan panic button.
"Lokasi Grand Taruma terletak sekitar 10 menit perjalanan dengan mobil ke pintu tol Karawang Barat dari jalur tol Jakarta-Cikampek. Hanya perlu sekitar 1-1,5 jam perjalanan ke Jakarta lewat jalur tol," ungkapnya.
Selain itu, Rina menambahkan, rencana pembangunan jalur tol Jakarta-Cikampek 2 yang akan beroperasi dari area Cikunir dan keluar di area Karawang Barat, tentunya akan mempercepat jarak tempuh serta semakin mendekatkan kawasan Karawang Barat dengan Jakarta.
Menurut dia, hal ini tentu akan berdampak pada perkembangan industri dan commercial market, serta membuat kebutuhan akan hunian di Karawang Barat semakin tinggi.
"Kami sangat membidik potensi yang ada di Karawang Barat, ini terbukti dengan suksesnya pengembangan Grand Taruma sebagai proyek awal APL di kota Karawang," ungkap Rina.
Setelah memantapkan Grand Taruma, APL juga berencana mengembangkan superblok baru di dekat Grand Taruma, yang dinamakan Taruma City. Superblok ini akan dibangun di atas lahan seluas 5,6 hektare di Jalan Kertabumi, yang merupakan pusat bisnis, perdagangan, dan perkantoran di Karawang.
“Taruma City ini ditargetkan untuk segmen pasar menengah, superblok ini akan berisi 243 unit ruko yang dijual dengan harga Rp 2 miliar hingga Rp 10 miliar, beberapa unit rumah tapak, dan tower apartemen,” papar Rina.
Berbeda dengan rumah klaster yang ukuran tanahnya biasanya lebih terbatas dan model rumahnya seragam dalam satu klaster. Konsep rumah kebun yang dijual rata-rata memiliki luas tanah sekitar 300 meter persegi dengan bangunan rumah kecil 38 meter persegi di dalamnya.
“Keuntungan membeli rumah kebun, konsumen selanjutnya dapat leluasa merancang sendiri pengembangan bentuk rumahnya sesuai selera,” imbuhnya.
Dengan harga tanah di kawasan sekitar Grand Taruma yang terus melejit naik sejak kehadiran kompleks hunian ini, investasi rumah kebun dipandang akan lebih menguntungkan dibanding rumah klaster.
“Dulu sebelum ada Grand Taruma, harga tanah disini sekitar Rp 700 ribu per meter persegi, setelah Agung Podomoro Land masuk harga naik jadi Rp 1,7 juta. Kini setelah Grand Taruma, semakin mapan harga tanah naik jadi gila-gilaan, rata-rata sekitar Rp 10 juta per meter persegi. Tapi kami akan menjual rumah kebun sekitar Rp 8 juta per meter persegi tergantung lokasi,” tutup Rina.