News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengrajin Tenun yang Memasarkan Produk Kerajinan Tenun Ikat di Thamrin City Meningkat

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tetty Sinuhadji pemilik toko Njonjah Poenja yang sudah memulai usahanya sejak 5 tahun lalu.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Belanja Thamrin City Jakarta terus mendukung kehadiran usaha kerajinan tenun ikat dari berbagai penjuru Nusantara.

Usaha tenun ikat tidak hanya menghasilkan keuntungan bagi pengrajin tetapi juga melestarikan kebudayaan tenun daerah yang sudah berlangsung turun temurun.

Menurut General Manager Operasional Thamrin City, Adi Adnyana, keberadaan para pengrajin tenun yang memasarkan produk kerajinan tenun ikat di Thamrin City terus bertambah dari tahun ke tahun. 

“Penambahan dari segi jumlah pengrajin yang berjualan maupun penambahan toko-toko yang memasarkan produk tenun ikat, terlihat dari berkembangnya luasan zona Pusat Tenun Nusantara Thamrin City.  Yang semula hanya ada di lantai 1, sekarang sudah merambah ke lantai 2 dan lantai 3” ungkap Adi Adnyana.

Pihak pengelola Thamrin City, lanjut Adi, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pengrajin tenun ikat dari daerah-daerah untuk memasarkan produknya di Thamrin City.

“Kami siap mendukung dan memberikan kemudahan untuk bisa memasarkan dan mempromosikan produk-produk tenun khas daerah- daerah dari seluruh Nusantara,” tandasnya.

Keuntungan berbisnis tenun ikat di Thamrin City dirasakan oleh Tetty Sinuhadji pemilik toko Njonjah Poenja yang sudah memulai usahanya sejak 5 tahun lalu.

“Awalnya saya hanya punya satu toko kecil dengan modal semangat kerja keras keliling Indonesia mendatangi para pengrajin tenun daerah dan mendalami motif-motif tenun yang sangat kaya di pelosok-pelosok daerah hingga ke daerah NTT yang sangat terkenal kaya dengan motif tenunnya,” urainya di Toko Nyonya  di lantai dasar 1 sisi bebelah barat Thamrin City.

Kegemarannya menjelajah daerah –daerah, katanya, membawanya mengelilingi NTT mulai dari Timor, Sumba hingga Flores.

“Luar biasa motif tenunnya sangat indah dan memiliki makna kebudayaan tenun yang sangat tinggi, dan kain-kain tenunnya bisa didapatkan di toko kami saat ini, kami lebih mengekspose motif,” paparnya.

Diakuinya saat ini berkat kerja kerasnya, dia sudah memiliki 8 toko di Thamrin City dengan omset sekitar Rp 4 miliar per bulan.

“Kerja keras tiada henti menjual kain tenun, kini sudah makin banyak pelanggan dan pembeli yang datang ke toko kami,” katanya.

 Keuntungan berusaha Tenun Ikat di Thamrin City juga dirasakan Abdul Somad yang khusus menjual  tenun ikat produksi ATBM Troso, Jepara sejak 7 tahun lalu.

“Boleh dibilang kami perintis berdagang kain tenun ikat di Thamrin City, ketika suasana masih sepi dan hanya ada beberapa pedagang yang buka toko disini,” ujar Abdul Somad.

Abdul Somad menjelaskan, “Jenis tenun seperti Baron, Endek, Kamen, Selendang dan syal sekarang mulai banyak dipasarkan di Thamrin City.  Termasuk di toko miliknyapun menjual jenis-jenis tenun seperti itu.”

Di toko Maghrifoh miliknya di Lantai Dasar Thamrin City, Abdul Somad menjual aneka motif tenun ikat dari Bali, Toraja, Lombok  dan Kalimantan, seperti motif rangrang, sumba, Lamandau

“Harga bervariasi mulai dari Rp. 40 ribu hingga 800 ribu per lembar kain, dan mulai 35 ribu sampai 80 ribu per meternya, bahkan  lurik dan polos dijual mulai harga 25 ribu per meter ” ungkapnya.

Hingga kini usaha tenun ikat Abdul Somad yang berada di lantai 1 terus berkembang dan sudah memiliki 3 toko di Thamrin City.

“Lumayan berkembang bagus usaha disini, saat ini omset bisa mencapai Rp 100 juta per bulan,” tandasnya.

Kerajinan Tenun ikat sebagai usaha turun temurun yang mendatangkan untung diakui Habib yang berdagang kerajinan tenun ikat Jepara dengan nama toko Sanubari di Thamrin City.

“Kami produksi tenun ikat di Jepara dengan motif, diantaranya parang atau liris, senandung, besurek kaltor, sekar, sarawak, tameng dan sasasoe.  Selain itu juga dari  berbagai daerah lain, seperti Ulos Karo, motif Kalimantan dan Bengkulu,” kata Habib.

Saat ini Habib sudah memiliki 2 toko di Thamrin City,yang diawalinya mulai berusaha di lantai 1 hingga sekarang memiliki toko di lantai dasar 1. 

Dengan omset penjualan sekitar Rp 50 juta hingga Rp 100 Juta per bulan.  Omset tersebut di dapat dari penjualan tenun yang harga jualnya dari Rp. 150 ribu sampai Rp. 1.750.000 per lembar kain dan dari harga Rp. 20 ribu per meter.

“Begitu banyak jenis dan motif tenun yang ada di nusantara saat ini yang sudah mulai banyak dipasarkan di Thamrin City, saya sangat beruntung salah satu yang ikut mengembangakan budaya tenun di Indonesia,” jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini