TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk mengenalkan potensi pasar modal Indonesia kepada kalangan bankir, manajer investasi global dan pelaku usaha di Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Bursa Efek Indonesia melakukan Ring Bell Ceremony di Brussel Stock Exchange (Euronext), Brussels-Belgia, Rabu (27/9/2017) kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama BEI Tito Sulistio memaparkan imbal hasil pasar modal Indonesia tertinggi di dunia dalam seminar "Invest in Bountiful Indonesia".
“Selama 10 tahun terakhir, jika imbal hasil investasi di bursa negara lain paling tinggi sebesar 129 persen, maka return investasi di BEI mencapai 193 persen,” ujar Tito dalam keterangan resminya, Rabu (27/9.2017).
Tito menambahkan, imbal hasil bursa Filipina tercatat sebesar 129 persen, bursa Thailand sebesar 127 persen, Indeks CSI 300 bursa Tiongkok 62 persen, Indeks Dow Jones 59 persen, S&P 500 Amerika Serikat 58 persen, dan bursa Malaysia sebesar 50 persen.
Selain itu hal yang sangat menarik dari investasi di Pasar Modal Indonesia dibandingkan dengan investasi negara-negara lain, khususnya di negara di kawasan Asia Tenggara, yakni tidak adanya pajak dari selisih keuntungan transaksi saham (capital gain).
“Transaksi di Pasar Modal Indonesia hanya dikenakan pajak penghasilan sebesar 0,1 persen dari transaksi yang dilakukan,”tambahnya.
Sementara itu, hal yang berbeda diterapkan jika melakukan transaksi di bursa negara tetangga. Seperti Singapura yang menetapkan pajak 22 persen dari setiap keuntungan transaksi saham untuk investor ritel dan 17 persen dari keuntungan untuk investor institusi.
Lalu, Thailand yang memberikan pajak 20 persen dari keuntungan untuk penduduk dan 15 persen untuk non penduduk. Malaysia untuk investor ritel juga menetapkan pajak lebih dari 28 persen dari keuntungan yang didapatkan dan untuk investor institusi dikenakan pajak 24 persen dari
keuntungan.