TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke depan memiliki potensi untuk menguat, seiring kondisi perekonomian dalam negeri yang berada di jalur positif.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution mengatakan, meskipun terdapat ketidakpastian perubahan kebijakan di Amerika Serikat, tetapi laju rupiah masih dalam kategori relatif stabil.
"Potensi nilai tukar menguat itu ada, rupiah kita bisa sekitar Rp 12.500 sampai Rp 13.000 per dolar AS," ujar Damhuri dalam acara Economic and Banking Outlook, Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Baca: IHSG Menguat Jelang Rilis Data Keyakinan Konsumen
Menurut Damhuri, sentimen positif yang mendorong rupiah menguat yaitu masih terjaganya inflasi yang akan bergerak di kisaran 3,5 persen hingga 4 persen, seiring beberapa harga kebutuhan pokok yang menurun.
"Kemudian Indonesia juga mendapatkan investment grade dari lembaga pemeringkat internasional S&P dan ini berpotensi meningkatkan inflow (dana masuk ke Indonesia)," tutur Damhuri.
Damhuri tidak memungkiri, pergerakan rupiah sangat sensitif dengan rencana perubahan kebijakan dari negeri Paman Sam, terutama keputusan The Fed yang akan menaikkan suku bunganya.
"Rencana perubahan kebijakan di AS, dapat menimbulkan volatilitas, tapi ini hanya temporer," ucapnya.
Berdasarkan data Bloomberg sekitar pukul 10.40 WIB, rupiah melemah 11 poin atau 0,08 persen ke level Rp 13.488 dari posisi penutupan kemarin Rp 13.477 per dolar AS.