News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pertamina Kehilangan Pendapatan Rp 19 Triliun, Pengamat: Harus Ada Audit Forensik

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SPBU Vivo milik swasta siap beroperasi

Seperti diketahui, peresmian SPBU Vivo dilakukan langsung oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan pada Kamis (26/10).

Semula, Vivo menjual BBM jenis Revvo sebesar Rp 6.100 per liter, jauh lebih murah dibandingkan BBM jenis Premium senilai Rp 6.450 per liter.

“Meskipun akhirnya pada Sabtu (4/11), Vivo Energy menaikkan harga BBM jenis Revvo sebesar Rp 200 per liter menjadi Rp 6.300 per liter. Namun, tetap saja harga jualnya masih jauh lebih murah dari Pertamina,” ujar Yusri.

Menurut Yusri, adanya perbedaan harga itu jelas membuktikan adanya potensi total kemahalan harga sebesar Rp 150 per liter yang dibebankan Pertamina kepada rakyat.

“Coba saja kalikan dengan 14 juta kilo liter (kl)—kebutuhan premium dalam setahun—hasilnya sekitar Rp 2,1 triliun. Itu belum ditambah dengan perhitungan harga solar,” katanya.

Penjelasan dia, jika dihitung secara kumulatif potensi kemahalan harga yang mesti ditanggung rakyat jika membeli BBM jenis Premium akan membengkak hingga Rp 15 triliun.

Belum lagi soal potensi kemahalan harga Solar yang kebutuhannya sekitar 12 juta kl per tahunnya.

“Kita sebenarnya bisa menghitung harga jual eceran premium dengan merujuk Perpres No 191/2014 pasal 3 dan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 4/2015 pasal 2, 3, dan 4,” jelasnya.

Bila menggunakan asumsi boros rata-rata harga minyak dunia USD 54,02 per barel dan kurs rata rata dollar Amerika Rp 13.640, lanjut Yusri, akan diperoleh harga dasar BBM per liter Rp 4.634.

Jika ditambah dengan PPn 10 persen dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) lima persen serta biaya Pertamina 20 persen, yang terdiri atas keuntungan Pertamina dan SPBU, ditambah biaya penyedian, penugasan, penyimpanan, dan distribusi sebesar dua persen, imbuh dia, akan diperoleh Rp 4.277 plus Rp 695 plus Rp 927 total menjadi Rp 6.256 (harga resmi eceran).

“Kalau selama ini Pertamina menjual premium seharga Rp 6.450 perliter, maka potensi kemahalan per liternya menjadi Rp 194. Sehingga tinggal dikalikan saja potensi kerugian rakyat selama setahun menggunakan BBM Premium Solar subsidi,” ujar Yusri.

Nada protes sempat dikeluarkan pihak manajemen Pertamina dan sebagian kecil pengamat kenapa Vivo Energy hanya mengambil pasar penjualannya di daerah gemuk saja, tidak ditugaskan di daerah terpencil.

“Ternyata, Vivo Energy pada Rabu (11/10) sudah terlebih dahulu bersurat kepada menteri ESDM meminta diberikan kesempatan yang sama kepada Pertamina untuk menyalurkan BBM dengan harga yang sama di sejumlah kabupaten dan daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar),” jelas Yusri.

Pihak Vivo Energy, kata dia, bahkan tidak akan mengklaim kerugian apapun kepada pemerintah dari aktivitas distribusi penugasan tersebut.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini