News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

LPEM UI: Inflasi Merangkak Naik, Tak Ada Alasan Bagi BI Ubah Suku Bunga

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fasilitas kilang minyak

Laporan Reporter Kontan, Ghina Ghaliya Quddus 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga komoditas tengah dalam tren naik. Harga minyak Brent sempat menembus level US$ 70 per barel untuk kali pertama dalam 3 tahun terakhir.

Kenaikan tersebut disebabkan oleh pemangkasan produksi oleh OPEC dan meningkatnya permintaan menyebabkan surplus pasokan minyak global kian menipis.

Kepala Kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Febrio N Kacaribu mengatakan, peningkatan harga komoditas ini menciptakan risiko bagi target inflasi Bank Indonesia (BI) di tahun ini.

“Dengan harga minyak mentah di atas US$ 70 per barel dan defisit APBN masih di atas 2% Product Domestic Bruto (PDB), akan muncul tekanan untuk menghilangkan subsidi BBM tidak langsung,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/1/2018).

Pemerintah sendiri berupaya memperbaiki postur anggaran di APBN dengan mematok harga BBM jenis Premium/Pertalite/Solar di bawah harga keekonomian dan membiarkan Pertamina merugi.

Baca: Sedan Makin Tak Diminati Pasar, Sepanjang 2017 Penjualannya Anjlok Hingga 34 Persen

Baca: Mobil LCGC dan Low MPV Diprediksi Masih Jadi Favorit Konsumen Otomotif di Tahun 2018

“Dengan inflasi yang akan sedikit meningkat di 2018, BI tidak memiliki alasan yang kuat untuk mengubah suku bunga,” ungkapnya.

Adapun menurutnya, tren konsumsi masyarakat yang tidak memuaskan pada 2017 akan berubah di 2018 seiring dengan peningkatan pertumbuhan investasi riil dan ekspor yang mencatatkan pertumbuhan 7,11% year on year (yoy) dan 17,27% yoy di triwulan-III 2017. Ini akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kekayaan rumah tangga.

Pertumbuhan investasi yang kuat disumbang terutama oleh investasi di mesin dan peralatan (15,18% yoy) dan peralatan lainnya (16,83% yoy) yang dapat meningkatkan kapasitas produksi domestik di jangka panjang.

“Kami melihat bahwa pemotongan suku bunga sebelumnya sudah cukup, terutama karena tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman telah merespon penurunan tingkat suku bunga acuan,” jelasnya.

 
 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini