TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu agen penjual Sukuk Ritel (SR) 010, yaitu Bank Mandiri Syariah mengatakan, kupon SR-010 yang mulai ditawarkan besok, dipatok sebesar 5,9%.
I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan, dengan tingkat imbal hasil 5,9% sukri masih menarik bagi investor.
Made membandingkan tingkat kupon sukri masih di atas tingkat rata-rata suku bunga deposito perbankan saat ini sebesar 5,72% per tahun. Sedangkan suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 5,75%.
Sisi menarik lainnya, pajak atas imbal hasil SR-010 sebesar 15% lebih rendah dibandingkan dengan pajak deposito yang sebesar 20%.
"SR-010 memberikan kepastian imbal hasil kepada investor di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan dalam beberapa waktu belakangan," kata Made, Kamis (22/2).
Dengan beberapa pertimbangan di atas, Made optimistis, SR-010 masih menarik bagi investor yang membutuhkan kepastian akan tingkat imbal hasil, keamanan investasi dan risiko yang terukur.
Senada, Ahmad Mikail Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia juga mengatakan SR-010 masih menarik bagi investor. Alasannya, kupon ini masih di atas dari suku bunga deposito setahun yang sebesar 4,5% sampai dengan 4,75% nett.
Ahmad juga mengatakan besaran kupon tersebut masih ideal di tengah kondisi pasar saat ini. "Harusnya masih laku, tetapi mungkin tidak selaku seperti tahun lalu karena sekarang investor ritel sangat sensitif terhadap harga," kata Ahmad.
Kurang menggiurkan
Sedangkan, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar mengatakan, tingkat kupon SR010 sama dengan tingkat imbal hasil obligasi konvensional dengan tenor tiga tahun.
Kupon SR-101 yang tidak lebih tinggi ini, menurut Anil akan sulit diterima pasar. "Apa bedanya saya beli obligasi kovensional dengan tenor sama dengan sukuk ritel kalau kupon sama-sama 5,9%?" kata Anil.
Dengan besaran kupon seperti ini, Anil khawatir kegagalan penjulan sukri akan kembali terulang.
Menurutnya, saat ini imbal hasil di pasar sekunder sudah naik. Oleh karena itu, penawaran di pasar primer harus lebih tinggi.
"Dengan kupon yang tidak lebih tinggi bagaimana permintaan mau masuk dalam jumlah besar?" kata Anil.