TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah pusat dan daerah akan merevitalisasi salah satu sungai terpanjang di Pulau Jawa, Sungai Citarum, melalui program Citarum Harum.
Rencana mengembalikan fungsi sungai sepanjang hampir 300 kilometer itu dimulai tahun 2018 ini.
Mengembalikan fungsi Sungai Citarum selain mengurangi banjir di Kecamatan Majalaya dan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, juga dinilai membantu menggerakkan ekonomi warga.
Pengamat dan dosen Ilmu Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Acuviarta Kartabi menilai upaya normalisasi dan revitalisasi Sungai Citarum yang belakangan ini gencar dilakukan Kodam III Siliwangi, akan berdampak positif dari sudut pandang ekonomi.
Normalisasi dan revitalisasi akan menghasilkan sungai yang bersih. Sungai yang bersih akan melahirkan lingkungan yang sehat sehingga kualitas hidup jadi lebih baik.
"Lingkungan yang sehat akan membuat kualitas hidup jadi lebih baik, terutama biaya perawatan kesehatan yang dikeluarkan oleh masyarakat maupun pemerintah jadi tidak mahal," ujar Acuviarta dalam pernyataannya kepada Tribunnews, Rabu (7/3/2018).
Selain itu, jika volume air yang menjadi banjir berkurang, aktivitas ekonomi warga lebih berjalan lancar. Transportasi manusia dan barang dari kota ke kabupaten atau sebaliknya akan lebih lancar. "Itu sangat dinantikan semua pihak," katanya.
Dia menambahkan, tren gaya hidup warga masyarakat mulai beralih ke alam. Ia mencontohkan, setiap akhir pekan, banyak warga masyarakat metropolitan berbondong-bondong ke kampung-kampung yang memiliki potensi wisata unggulan.
"Normalisasi dan revitalisasi Sungai Citarum jika kelak selesai akan melahirkan potensi-potensi wisata baru yang bisa dikembangkan masyarakat sekitar sungai. Dan hasilnya, roda perekonomian masyarakat lokal akan terbantu," ujar dia.
Ia mencontohkan, banyak negara maju di dunia yang mengandalkan potensi sungai sebagai obyek wisata unggulan. Thailand, Vietnam, India, Perancis, Vienna dan banyak negara lain mengandalkan potensi sungai di tempat mereka sebagai obyek wisata unggulan.
Baca: Tumblr Diblokir Kominfo, Menteri Rudiantara Mengaku Baru Tahu dan Baru Dengar
Baca: Tito Karnavian Tentang TNI dan Polisi yang Jaga di Natuna: Mancing Boleh, Pijat Bersama Jangan
"Karena sungainya bersih, tidak bikin banjir dan airnya tidak tercemar. Jutaan wisatawan datang ke tempat mereka sekedar hanya ingin menikmati wisata sungai. Dan saya yakin, Sungai Citarum dan anak-anak sungainya bisa seperti itu," kata dia.
Panglima Komando Daerah Militer (Kodam III/Siliwangi) Mayjen TNI Doni Munardo menyatakan pihaknya ke depan akan fokus dan konsisten menormalisasi Sungai Citarum.
“Karena masalah utamanya adalah banjir dan pencemaran lingkungan oleh pelaku industri. Kami ajak seluruh komponen masyarakat menjadi bagian program ini,” kata Doni Monardo yang menjadi Wakil Komandan Satuan Tugas (Wadan Satgas) Citarum Harum.
Ia menargetkan bisa menghijaukan kembali kawasan hulu Sungai Citarum di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung dengan melakukan penanaman pohon.
"Pertama kami targetkan hulu Sungai Citarum kembali hijau dengan penanaman pohon rasamala, puspa, ekaliptus, Pinus dan tanaman selingan lainnya. Itu kunci menangani masalah banjir. Penanganan banjir memang rumit tapi saya yakin ada solusinya. Hutan harus ditanami pohon," kata dia.
Sejak akhir 2017 lalu, pemerintah pusat mencanangkan program Citarum Harum untuk mengembalikan fungsi sungai sepanjang hampir 300 kilometer itu melalui program Citarum Harum.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ditunjuk sebagai Komandan Satgas, sedangkan Wakil Komandan Satgas adalah Panglima Kodam III Siliwangi, Doni Monardo.
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS) menyebutkan data soal deforestrasi hutan di hulu sungai.
Pada 2000 data pohon di sekitar hulu sungai mencapai 27.966 hektare dan kemudian turun jadi hanya 4.566 hektare saja pada 2009.
Umumnya, hutan berubah fungsi jadi kebun. Itu di hulunya saja, belum lagi di hulu di anak sungainya.
"Masyarakat di sana harus beralih profesi tidak hanya berkebun di dataran tinggi dengan membuka hutan karena itu tidak baik untuk ekologi. Tapi harus beralih menanam tanaman lain, seperti kopi misalnya. Selain mampu menyerap air, harga kopi pun sedang bagus di pasaran," imbuh jenderal bintang dua ini.
Belum lama ini, Kodam III Siliwangi membuat pembibitan pohon untuk reboisasi hulu Sungai Citarum dan anak-anak sungainya di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari. Sejumlah bibit pohon disemai seperti bibit kopi, kin, rasamala dan vetiver hingga 6000 batang setinggi 1.5 meter.
"Bibit pohon akan ditanam di lahan seluas 25 hektare. Penanamannya enggak perlu seremonial lagi, langsung tanam di lahan-lahan kritis, kita harus bekerja cepat dan langsung," ujarnya.
Mantan Danjen Kopassus itu mengakui penanganan banjir membutuhkan waktu yang panjang. Namun, ia yakin jika usaha terus dilakukan akan membuahkan hasil. Penanganan banjir akibat luapan Sungai Citarum sudah dilakukan paling tidak sejak satu dasawarsa terakhir. Namun, dampak signifikannya belum terasa maksimal.
Sungai Citarum jadi sumber air bagi pertanian di ratusan hektare sawah di pantai utara Jabar, sumber energi listrik tenaga air yang dioperasikan oleh turbin-turbin di Bendungan Saguling, Cirata dan Ir H Juanda atau Jatiluhur hingga sumber air baku bagi warga DKI Jakarta.
Peran dan manfaat vital sungai terpanjang di Jabar membentang dari hulunya di Kabupaten Bandung hingga di muaranya Kabupaten Bekasi tepatnya di Laut Jawa.
Citarum memiliki fungsi amat vital dan strategis. Dikonsumsi 80 persen penduduk DKI Jakarta. Digunakan masyarakat sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Digunakan sebagai budidaya perikanan air tawar. Irigasi 420 ribu hektar sawah. Pemasok listrik 1,888 mega watt Jawa-Bali.