News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemerintah Dinilai Mampu Bayar Utang Luar Negeri yang Membludak

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas jasa penukaran uang asing saat menghitung pecahan Rp 100.000 di PT Ayu Masagung, Jakarta Pusat, Kamis (1/3/2018). Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS melemah dan menyentuh Rp 13.761 per Dolar AS. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia baru saja mengumumkan kalau Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Januari 2018 mencapai 357,5 miliar dolar Amerika atau Rp 4.034 triliun.

Meski utang tersebut meningkat 10,3 persen dibanding bulan yang sama di tahun 2017, pemerintah dinilai masih mampu untuk membayar hutang tersebut.

Agar hutang tetap dibayarkan pengamat ekonomi, Faisal Basri menyarankan agar pemerintah menaikan porsi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Masih mampu tapi persentase APBN yang dialokasikan untuk bayar utang makin naik karena kita semakin banyak berutang,  menawarkan lebih banyak," ungkap Faisal Basri saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/3/2018).

Kemudian agar APBN tidak membengkak Faisal menyarankan agar mengurangi anggaran untuk pendidikan dan kesehatan yang memiliki porsi besar pada APBN.

Baca: Kepastian Cuti Bersama Lebaran PNS Tunggu Keluarnya Keppres

"Tapi kalau porsi cicilan dan bunga itu naik maka uang untuk kesehatan makin turun, pendidikan juga makin turun, kesehatan dan pendidikan bisa diundur, cicilan dan bunga utang harus dibayar tepat waktu kalau tidak utang akan semakin membebani," ujar Faisal Basri.

Untuk rincian utang tersebut adalah utang bank sentral dan pemerintah sebesar 183,4 miliar dollar Amerika, serta utang swasta sebesar 174,2 miliar dollar Amerika.

Dari segmennya, ULN sektor pemerintah dan bank sentral tumbuh 13,7 persen (yoy). Sedangkan ULN sektor swasta tumbuh 6,8 persen (yoy).

Jumlah utang yang terus meningkat karena arus masuk dana asing pada Surat Berharga Negara (SBN).

Selain itu ada jugaserta peningkatan pinjaman luar negeri yang didominasi untuk kebutuhan project loan.

Utang tersebut dipusatkan untuk keuangan, pengolahan, pertambangan, serta pengadaan listrik, gas, dan air bersih.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini