Laporan Reporter Kontan, Agung Jatmiko
TRIBUNNEWS.COM, MANAMA - Sebuah penemuan ladang minyak baru di lepas pantai Bahrain diperkirakan mengandung setidaknya 80 miliar barel minyak ketat, yang terbesar yang pernah ditemukan Bahrain.
Mengutip Reuters, Kamis (5/4/2018), sebelumnya pada hari Minggu (1/4/2018) Bahrain mengatakan bahwa mereka telah menemukan sumber minyak dan gas yang sangat dalam di lepas pantai barat kerajaan itu.
Penilaian independen oleh konsultan-konsultan minyak yang berbasis di AS, DeGolyer dan MacNaughton dan perusahaan jasa ladang minyak Halliburton telah mengkonfirmasi temuan Bahrain.
Hari Rabu (4/4/2018) lalu, Menteri Perminyakan Bahrain, Sheikh Mohammed bin Khalifa al-Khalifa mengatakan, jumlah minyak di tempat tersebut dengan minyak ketat setidaknya 80 miliar barel dan cadangan gas dalam sekitar 10 triliun-20 triliun kaki kubik.
Baca: BPK Temukan Penyimpangan Penyaluran Bansos oleh Bank BUMN
Minyak ketat adalah bentuk minyak mentah ringan yang disimpan dalam serpih jauh di bawah permukaan bumi yang diekstraksi dengan rekah hidrolik atau fracking, menggunakan sumur horizontal dalam.
Sheikh Mohammed mengatakan dia belum yakin berapa banyak dari 80 miliar barel yang dapat diekstraksi, tetapi Bahrain akan menarik perusahaan minyak dan gas asing untuk mengembangkan sumber daya.
"Sumber daya yang baru ditemukan, yang diharapkan dapat diproduksi dalam lima tahun, diharapkan memberikan manfaat positif jangka panjang dan signifikan bagi ekonomi kerajaan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kegiatan hilir dalam industri terkait," ungkap Bahrain National Communication Centre dalam pernyataan, dilansir dari Reuters.
Sadad al-Husseini, mantan eksekutif senior di Saudi Aramco dan sekarang konsultan energi, mengatakan penemuan itu adalah berita positif bagi Bahrain, tetapi lebih banyak pengumpulan data, evaluasi dan pengujian yang baik yang perlu diikuti untuk menentukan apakah ada peluang komersial di masa depan.
"Pengeboran tambahan dan pengumpulan data akan berfungsi untuk meningkatkan akurasi dan keandalan perkiraan," kata Sadad.
Pejabat Kementerian Perminyakan tidak memberikan angka spesifik untuk tingkat produksi yang diharapkan dari lapangan baru, tetapi harian Al Ayam mengutip kepala komite keuangan dan ekonomi di parlemen, Abdulrahman Bu Ali, mengatakan output diharapkan mencapai 200.000 barel per hari (bpd).
Bahrain merupakan produsen minyak Teluk non-OPEC kecil, dengan sekitar 124,6 juta barel cadangan terbukti, mendapat pendapatan minyak dari dua ladang, yakni lapangan Bahrain di darat, dan lapangan Abu Safah lepas pantai, yang dibagi bersama dengan Arab Saudi.
Lapangan Bahrain, memproduksi sekitar 50.000 bpd pada tahun 2015, menurut Administrasi Informasi Energi AS.
Bahrain dan Arab Saudi membagi pendapatan tahunan dari 300.000 bpd Abu Safah di lepas pantai. Produksi diawasi oleh Saudi Aramco.