TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank BRI Syariah Tbk atau BRI Syariah siap melantai di pasar modal pada 9 Mei 2018 mendatang melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau IPO.
Anak usaha BRI ini bakal melepas 2,62 miliar lembar saham atau setara 27 persen dari jumlah modal yang disetorkan setelah IPO.
Perseroan menetapkan harga penawaran umum perdana saham sebesar Rp 505-Rp 650 per saham. Artinya, dana yang bisa dihimpun dalam hajatan IPO ini sekira Rp 1,32 triliun hingga Rp 1,70 triliun.
Adapun masa penawaran awal bakal berlangsung pada 5 April hingga 20 April 2018, sedangkan masa penawaran umum pada 2 - 4 Mei 2018.
Direktur Utama BRI Syariah Moch. Hadi Santoso mengatakan, IPO ini sebagai langkah perseroan untuk melebarkan sayap bisnis menjadi bank syariah terbesar di tanah air. Melalui IPO ini juga diharapkan bisa menempatkan BRI Syariah menjadi bank kategori BUKU III.
“Ini menjadi bank syariah anak usaha BUMN pertama yang melantai di BEI,” kata Hadi saat jumpa pers usah paparan publik di Kantor BRI Pusat, Jakarta, Kamis (5/3/2018).
Hadi menuturkan, nantinya dana IPO bakal dialokasikan sebesar 80 persen untuk penyaluran pembiayaan, 12,5 persennya akan dipakai untuk sistem teknologi informasi. Sisanya, sekitar 7,5 persen bakal dipakai untuk pengembangan jaringan kantor dan penunjang lain.
Senada dengan Hadi, Direktur Utama BRI mengatakan, dengan melantai di pasar modal, dia berharap akan banyak lini bisnis yang bisa digarap BRI Syariah.
“Beberapa keterbatasan di BUKU II tentu dengan Buku III akan memberikan peluang untuk melebarkan bisnis,” imbuh Suprajarto.
Sebagai gambaran, dalam gelaran IPO, perseroan menunjuk empat penjamin pelaksana emisi yaitu Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas, Indopremier Sekuritas, dan CLSA Sekuritas Indonesia.