Baca: Lima Varian Skutik Gres Suzuki Nex II yang Bisa Dipilih Konsumen
Selain itu, kata dia, pada hari Senin ini semua mata uang negara maju kembali melemah terhadap dolar AS, antara lain yen Jepang -0,25 persen, franc -0,27 persen, dollar Singapura -0,35 persen, dan euro -0,31 persen.
“Dalam periode yang sama, mayoritas mata uang negara emerging market, termasuk Indonesia, juga melemah,” ungkap Agus.
Berpotensi Melemah
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada dalam risetnya mengatakan, masih adanya dampak dari kenaikan laju dolar AS seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS memberikan sentimen negatif pada pergerakan rupiah yang kembali berada di zona merah.
Reza bilang, efek psikologis dari para pelaku pasar terhadap meningkatnya inflasi AS seiring kenaikan harga minyak mentah dan sejumlah komoditas lainnya diperkirakan akan memicu The Fed menaikan suku bunganya sehingga berimbas pada terapresiasinya dolar AS.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia telah melakukan sejumlah intervensi untuk menjaga rupiah sehingga tidak mendekati level Rp 14.000 per dolar AS.
“Pelemahan yang kembali terjadi pada rupiah cenderung diakibatkan adanya imbas dari pergerakan mata uang dolar AS seiring efek psikologis yang ditimbulkan,” kata Reza.
Reza memprediksi, mata uang garuda berpeluanga mengalami pelemahan lanjutan seiring meningkatnya laju dolar AS.
“Rupiah diestimasikan akan bergerak dengan kisaran pada kisaran support Rp 13.896 dan resisten Rp 13.878,” pungkas Reza.