TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Menanggapi pelemahan rupiah yang terus terjadi, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan hal itu tidak merefleksikan keraguan terhadap risiko investasi di Indonesia. Sebab, lanjut Darmin, pelemahan mata uang juga terjadi pada sejumlah negara lain.
"Kita itu negara yang transaksi berjalannya itu ya memang defisit, beda dengan Malaysia, Thailand. Mereka tidak defisit. Sehingga sebenarnya memang ada potensi ketidakseimbangan antara supply dan demand valas," jelas Darmin, Rabu (9/5).
Baca: Operasi Pembebasan Sandera Berakhir, Kawat Berduri di Mako Brimob Dilepas
Ia melanjutkan, kondisi kekurangan valas disebabkan karena keluarnya asing pada aset saham dan obligasi negara dilanjutkan dengan penukaran rupiah ke dollar. Hal ini menyebabkan kelangkaan dollar dalam negeri dan berpotensi menekan rupiah.
Berbicara di hadapan wartawan, Darmin memberikan dua opsi yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia. "Tekanan itu membuat kita sebenarnya tinggal memilih biarkan kursnya melemah atau suku bunganya dinaikkan," lanjutnya.
Namun, Darmin enggan memberi rekomendasi langsung lantaran tidak ingin mengintervensi langkah dewan gubernur BI. "Saya cuma bilang, dalam situasi begini pilihannya tidak banyak lagi," katanya.
Asal tahu saja, mengutip Bloomberg, pada transaksi perdagangan hari ini Rabu (9/5), rupiah ditutup melemah di level Rp 14.084 per dollar AS alias melemah 0,23% dibanding sehari sebelumnya.
Adapun tingkat Credit Default Swap Indonesia untuk surat utang tenor 10 tahun naik 4,93% ke level 131,53. Sedangkan dalam papan bursa saham IHSG, asing tengah keluar dari seluruh pasar dengan nilai mencapai Rp 328,17 miliar.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Rupiah terpuruk dalam, Darmin bilang pilihan bagi BI tinggal dua