Seseorang itu juga akan menjadi manusia yang menyesal dan merugi jika tidak melakukan perintah Allah tersebut.
"Inilah musibah terhebat kita abad ini, periksa diri apakah kita selalu bertabayyun atau masih sering mengikuti kebodohan menyebarkan berita tidak jelas. Minta ampunan kepada Allah yang maha pengampun," terangnya.
Arcandra menegaskan, sikap tabayyun juga akan menghindarkan masyarakat dari prasangka buruk orang lain.
Sebaliknya, absennya sikap tabayyun menjadikan seseorang kerap mencari pembenaran dengan melakukan dzon (prasangka) yang kemudian berlanjut pada ghibah (menggunjing orang lain), bahkan fitnah yang keji.
Menurutnya, masyarakat seharusnya menghindari berprasangka buruk terhadap suatu hal. Archandra bilang, seseorang harus dapat mengosongkan pikiran dan introspeksi diri terhadap keberadaan prasangka.
Pasalnya, sebagian prasangka adalah dosa. Apalagi, setiap manusia pasti memiliki kesalahan jika dicari.
Karena itu, lanjut dia, seseorang tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain, kecuali jika digunakan sebagai pengingat satu sama lain.
“Prasangka dan ghibah adalah kebiasaan buruk di zaman modern sekarang. Bulan Ramadhan ini merupakan waktu yang tepat untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut dan menghapuskan dosa-dosa. Mari cek diri kita masing-masing,' tandas Archandra.