Laporan Reporter Tribun, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertambangan timah sudah menjadi bagian vital bagi masyarakat Bangka Belitung.
Apabila kegiatan pertambangan tersebut dihentikan secara mendadak roda perekonomian daerah bisa kolaps.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Erzaldi Rosman menyebut masyakarat Bangka Belitung saat ini hampir tak bisa lepas dari pertimahan.
Ketika ada perubahan aturan ekspor timah yang membuat para smelter tidak bisa melakukan ekspor selama tiga bulan, pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung langsung turun drastis dari 5,3 ke 2,6.
Karena itu, Erzaldi menginginkan agar transformasi masyarakat tetap dilakukan, dari penambang ke sektor yang lain seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata.
Baca: Dewi Perssik Mendadak Pingsan Saat Syuting Pesbukers, Bikin Eko Patrio Panik
’’Tapi bukan berarti kita langsung mencabut atau keluar dari penambangan. Sedikit demi sedikit lah. Kalau langsung, bisa kolaps kita. Kontribusi tambang timah pada PAD Babel saat ini cukup tinggi, yakni 20 persen dari Rp2,9 triliun. Kalau distop, berapa APBD kita nantinya?’’ kata Erzaldi dalam pernyataannya, Senin (28/5/2018).
Erzaldi menilai, sudah waktunya pengusaha tambang timah di Bangka Belitung menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Baca: Bidik Milenial, Suzuki Nex II Siap Jadi Pesaing Honda BeAT, Dibanderol Mulai Rp 13,950 Juta
Dengan demikian, kerusakan lingkungan bisa diminimalisir.
’’Kerusakan lingkungan memang lebih banyak disebabkan oleh tambang ilegal. Kalau yang legal seperti PT Timah, itu bagus, malah memerhatikan dampak lingkungan. Untuk masyarakat, kamu boleh menambang, tapi menambanglah di tempat yang benar, dengan cara yang benar,’’ katanya.
Sementara itu Ketua DPRD Bangka Belitung Didit Srigusjaya membenarkan pernyataan Gubernur Erzaldi terkait jumlah PAD terbesar di Bangka Belitung saat ini berasal dari tambang timah.
Hanya saja, ia tidak bisa memperkirakan sampai kapan hal tersebut berlangsung.
’’Apa yang disampaikan gubernur, ada benarnya juga. Kalau langsung cut, ini akan mengganggu kondisi perekonomian Babel, karena sektor pertambangan masih mendominasi,’’ kata Didit.
Jika akan di-takeover ke sektor lain, lanjut Didit, harus dilakukan secara perlahan, serta tersusun dengan baik dan jelas.
’’Sebab, mau tidak mau, suka ga suka, saat ini kondisi ekonomi Bangka Belitung memang masih didomisi oleh sektor pertambangan,’’ kata dia.