Ia menjelaskan, ekspor ini di satu sisi sebagai keberhasilan, namun di sisi lain ini sebuah keterpurukan.
Ia menyebut, pasar internasional dipilih selain karena stok ada, tapi juga harga bawang disini juga rendah.
Saat ini, harga jual bawang merah ditingkat pedagang sebesar Rp 16 ribu per kilogram.
Kalau di luar negeri, harganya bisa lebih dari harga yang ada di sini.
“Kami ingin menjaga kesejahteraan masyarakat, karena harga di pasar lokal rendah. Bawang merah kami ini kualitasnya diakui di luar negeri," ungkapnya.
Beberapa keunggulan bawang merah disini yang diakui luar negeri, kata dia, dari sisi kualitas, pedas, kadar air lebih bagus dari produk daerah lain, dan masih banyak lagi.
Selanjutnya, ia juga akan membangun sinergi dengan petani dan semua pihak termasuk pemerintah, agar Kabupaten Probolinggo mendapatkan pengadaan pupuk dan bibit unggul.
"Harapannya, varietas bawang merah di Probolinggo bisa lebih berkembang dan memiliki daya saing tinggi dan menjadi lebih kuat lagi di level nasional, bahkan juga di level internasional,” urainya
Iwan mengaku akan membuka peluang dan kesempatan lebih besar lagi untuk ekspor bawang merah ke luar negeri.
Bukan hanya Thailand dan Vietnam, tapi kalau bisa negara lainnya juga bisa diajak kerjasama.
"Ini untuk menjaga kesejahteraan petani dan pedagang karena harga bawang merah anjlok. Ekspor akan dilakukan dengan syarat pasokan di pasar lokal tersedia. Kalau tidak berlebih, kami tidak akan ekspor," paparnya.
Pedagang bawang merah di Pasar Bawang Dringu, Suhartono (50) mengaku ekspor bawang merah merupakan solusi untuk petani dan pedagang.
Selama ini, petani dan pedagang bawang merah lesu karena harga jual di sini sangat rendah sekali.
"Sangat menguntungkan, karena harga tetap terjaga meski sebagian petani gagal panen tahun ini," pungkas dia. (Galih Lintartika)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Bawang Merah Probolinggo Tembus Pasar Asia Tenggara, Diekspor ke Thailand dan Vietnam,