TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Walaupun tren hotel kapsul sudah menjamur di sejumlah kota besar tetapi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) masih meragukan keberlangsungan konsep hotel ini.
Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum PHRI melihat konsep hotel kapsul sulit untuk bertahan dalam jangka panjang. Menurutnya, di Jepang hotel kapsul bisa ramai karena memang mobilitas warganya cukup tinggi.
Hariyadi menilai, kalaupun sekarang okupansinya cukup lumayan, ia menduga itu disebabkan karena orang penasaran dan tertarik mencoba. Sama halnya ketika hotel budget mulai diperkenalkan pertama kali.
Kenyataannya sekarang hotel budget yang berukuran 12 – 14 meter saja sudah mulai turun pamor.
Menurutnya, terkadang investor memang sering tidak rasional menyikapi tren yang sedang beredar. “Nanti dilihat saja laku atau tidak,” jelas Hariyadi beberapa waktu lalu.
Baca: Bobobox Tawarkan Investasi Hotel Kapsul Mulai Rp 1,6 Miliar
Menurutnya hotel kapsul hanya akan bertahan jika pemilihan lokasinya tepat. Hotel yang berada di dekat transportasi publik diyakini akan lebih ramai peminat.
Hariyadi bilang, konsep hotel kapsul hanya cocok untuk pelancong yang sedang menunggu konektivitas transportasi. Entah itu kereta atau pesawat.
Bagaimanapun pada akhirnya konsumen akan tetap mencari kenyamanan.
Karenanya, Haryadi yang juga mengelola Sahid Hotel Grup memastikan tak tertarik untuk masuk ke ceruk hotel kapsul. “Itu bukan market kami,” tegasnya.