Laporan Reporter Kontan, Danielisa Putriadita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah perdagangan, Selasa (4/9/2018), kurs rupiah tercatat menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Namun, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail memproyeksikan rupiah akan ditutup melemah hari ini.
Mengutip Bloomberg di pasar spot, pada pukul 12.23 WIB, rupiah tercatat menguat 0,24% ke Rp 14.780 per dollar AS.
Namun, Ahmad memproyeksikan penguatan tersebut tidak akan berlanjut hingga penutupan perdagagan hari ini.
Penyebabnya, indeks dollar AS yang akan menguat ke level 95,0-95,3 terhadap hampir semua mata uang kuat dunia terutama dollar Kanada dan poundsterling.
Menurutnya, dollar AS masih akan dijadikan sebagai aset safe haven di tengah perundingan perdagangan bebas AS dan Kanada yang masih buntu dan mendorong ketidakpastian.
Baca: Jonan Yakin, Divestasi Saham Freeport Tuntas Akhir September Ini
"Penguatan dollar tersebut kemungkinan akan mendorong pelemahan rupiah hari ini," kata Ahmad, dalam riset, Selasa (4/9/2018).
Sementara, data inflasi yang cukup rendah di Agustus sebesar 3,2% yoy dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,18% yoy kemungkinan besar tidak akan terlalu banyak membantu penguatan rupiah.
Baca: Darmin Minta Tak Bandingkan Terpuruknya Rupiah Sekarang dengan Tahun 1998, Alasannya Ini
Sentimen negatif bagi rupiah selanjutnya datang dari data PMI China periode Agustus yang cenderung menurun ke level 50,6 dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 50,8.
Ahmad memproyeksikan penurunan kondisi ekonomi China bisa jadi sentimen negatif bagi rupiah seiring kemungkinan melambatnya eskpor Indonesia ke China akibat perlambatan ekonomi China.
Ahmad memproyeksikan rupiah hari ini masih akan melemah direntang Rp 14.800 per dollar AS hingga Rp 14.900 per dollar AS.