TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA—PT Danareksa (Persero) memprediksi ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini akan tumbuh antara 5,20-5,30%, tahun 2019 sebesar 5,10-5,20%, dan tahun 2020 antara 5,30-5,40% dengan motor pertumbuhan ekonomi didorong konsumsi rumah tangga, peningkatan investasi, dan ekspor.
Hal ini disampaikan pada acara Economic & Market Outlook, dengan tema Perkembangan dan Prospek Makro Ekonomi serta Pasar Modal 2018 – 2019 yang diselenggarakan Rabu (19/9/2018) di Gedung Danareksa.
Head of Economic Research Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution mengatakan angka pertumbuhan tersebut masih lebih baik dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 di level 5,07%.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada semester I/2018 sebesar 5,17% ditopang peningkatan investasi dan ekspor.
“Beberapa pertimbangan pertumbuhan ekonomi tahun ini dan 2019 di antaranya ekspor dan investasi yang diproyeksi masih tumbuh bagus, sejalan dengan ekspansi ekonomi dunia. Konsumsi rumah tangga pun diproyeksi tumbuh relatif stabil atau sedikit membaik,” katanya.
Damhuri mengatakan, investasi diperkirakan tumbuh baik sejalan dengan pembangunan infrastruktur, peningkatan rating, dan perbaikan iklim investasi. Adapun konsumsi pemerintah juga diproyeksikan relatif stabil seiring dengan upaya menyehatkan APBN.
Baca: Digeser Pahala Mansury, Mantan Direktur Keuangan Pertamina Jadi Dirut Danareksa
Terkait dengan rupiah, Damhuri menegaskan bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih mungkin bergejolak akibat normalisasi kebijakan moneter dan ekspansi fiskal Amerika Serikat (AS), kekhawatiran atas perang dagang AS-China, dan kenaikan harga minyak dunia karena geopolitik, yang dapat memperlebar Current Account Deficit (CAD).
Suku bunga acuan Bank Indonesia, BI-7-Day Repo Rate, pun dinilai berpotensi kembali dinaikkan menjadi 5,75 - 6% pada tahun ini dan 5,5 – 6% pada tahun depan.
“Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan di bawah nilai fundamentalnya karena faktor eksternal, tapi tekanan tersebut akan mulai mereda pada tahun 2019 dan 2020,” kata Damhuri.
Damhuri juga menilai upaya yang sudah dilakukan BI tepat dalam meredam depresiasi rupiah, di antaranya menaikkan BI 7-Day (sudah 125 basis poin) yang diikuti kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), sehingga investasi di SUN mulai menarik kembali.