Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melalui penaikan suku bunga acuan dari 5,75 persen menjadi 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur medio November lalu.
Langkah itu, dinilai Kepala Negara sebagai bentuk keputusan tegas bank sentral dalam membentengi kurs rupiah agar tidak ambles makin dalam sekaligus mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global.
"Persepsinya Bank Indonesia menunjukkan ketegasan, menunjukkan determinasinya untuk membentengi rupiah. Dalam bahasa keseharian kita bisa disebut taringnya BI keluar," kata Jokowi saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Balai Sidang Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Kepala Negara menambahkan, keberanian itu sangat dibutuhkan dalam menghadapi kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian.
Baca: Harga CPO Anjlok, BCA Tetap Salurukan Pembiayaan Baru ke Debitur Lama
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia itu juga merupakan langkah mengejutkan di tengah presepsi beberapa ekonom yang menganggap bank sentral akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini.
“15 November lalu Gubernur BI dan jajarannya kembali tunjukkan keberaniannya memberikan kejutan pada pasar dengan kembali menaikkan suku bunga BI 0,25 persen atau 25 bps menjadi 6 persen. Yang saya anggap berani itu bukan besarnya kenaikan tapi kejutannya itu," ucapnya.
Presiden juga berharap, industri keuangan dapat mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan tersebut dan pasar dapat menerima dengan positif.