TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Inalum Tbk telah menyusun sejumlah program pasca mengambil alih 51 persen saham PT Freeport Indonesia.
Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada tiga rencana strategis yang ditempuh PTFI.
Pertama, yakni menjalankan rencana jangka panjang PT FI yang telah disusun dalam long term investment plan.
"Kami mau menjalankan rencana jangka panjang dengan mempertimbangkan kemampuan cicilan utang jangka panjang," ujar Budi di kompleks DPR RI, Jakarta, Selasa (15/1/2019) malam.
Kemudian, Inalum sebagai operator PTFI akan melakukan transfer teknologi mengenai pertambangan emas dan tembaga bawah tanah terbesar dan terkompleks di dunia.
Tambang PTFI masih sebagian yang dieksploitasi. Masih ada tambang bagian dalam yang belum dieksplorasi.
Baca: Sempat Viral Warga Aceh Bikin Paspor untuk ke Jakarta, Garuda Indonesia Pangkas Setengah Harga Tiket
Budi mengatakan, tambang bawah tanah Freeport besarnya kurang lebih sepanjang jarak Jakarta-Surabaya. Salah satu yang berpotensi besar adalah tambang kucing liar.
"Tambang ini cadangannya terbukti dan bisa diolah 30-40 tahun ke depan. Jadi kesempatan cadangan emas dan tembaganya masih banyak," kata Budi.
Eksploitasi tambang Freeport berpotensi menghasilkan 1,8 miliar dollar AS dalam empat tahun ke depan. Tak hanya menguntungkan dari sisi finansial, tapi juga dari segi keilmuan.
Salah satu peranan PTFI untuk masyarakat Papua adalah pengembangan pengetahuan soal tambang di Universitas Cendrawasih.
"Selain program 5-10 tahun mendidik dan mengembangkan ahli tambang dan geologist, ada juga program kerakyatan sehingga dana dana yang kita keluarkan untuk lingkungan bisa dipakai langsung ke masyarakat," kata Budi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah Saham Freeport Diakuisisi, "What's Next"?"