Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi Cyrillus Harinowo mengatakan tidak mudah menyatukan kultur enam badan usaha milik negara (BUMN) di sektor infrastruktur dalam satu visi dan misi yang kelak akan dikelola dalam satu holding di bawah PT Hutama Karya (Persero).
Harinowo mengatakan, ada risiko berat yang harus dihadapi jika membetuk sebuah holding BUMN karena ada rasa ingin unggul dari masing-masing BUMN yang akan digabungkan.
“Masalah ego, ‘sayalah yang seharusnya menjadi leader’. Tinggal kearifan yang mengaturnya nanti,” ujar Cyrillus Harinowo yang juga komisaris PT Bank Central Asia ini di Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Namun dia menilai holding tidak melulu buruk. Pembentukan perusahaan holding dinilainya sebagai cara paling mudah membesarkan bisnis jika dibandingkan dengan merger antar-BUMN.
“Persoalan yang terpecah bisa terkonsolidasi dengan holding. Apalagi yang diholdingkan perusahaan-perusahaan lumayan,” kata dia.
Lima BUMN Infrastruktur yang akan tergabung ke dalam holding BUMN infrastruktur adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Yodya Karya (Persero), dan PT Indra Karya (Persero).
Dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergabung dalam satu holding maka kian besar pula nilai aset holding tersebut dan kesempatan untuk mendapatkan utang untuk ekspansi usaha juga lebih mudah.
Dari segi pengelolaan keuangan, keberadaan holding juga dinilainya bisa memacu efisiensi dan membuat perusahaan lebih fokus dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi setiap proyek infrastruktur yang digarap.
Baca: Pengusaha Keluhkan Tarif Tol Trans Jawa, Jasa Marga: Kalau kemahalan Lewat Luar
Jika dilihat dari nilai aset masing-masing perseroan, berdasarkan laporan keuangan terakhir per 30 September 2018, Waskita Karya memiliki total aset senilai lebih dari Rp 129,2 triliun.
Adhi Karya mempunyai aset total Rp 28,3 triliun dan Jasa Marga sekitar Rp 75,5 triliun. Dengan demikian, nilai total aset ketiga perseroan tersebut adalah sekitar Rp 233 triliun.
Pembentukan holding BUMN yang sudah selesai dilakukan adalah BUMN Tambang yang kemudan mengambil alih 51 persen saham PT Freeport Indonesia.
Selain akan membentuk holding BUMN infrastruktur, Kementerian BUMN juga akan membentuk holding BUMN perumahan dan pengembangan kawasan yang dipimpin Perum Perumnas dengan enam BUMN karya sebagai anggota.