TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan rupiah menunjukkan kesatbilan dikisaran Rp 13.900 hingga Rp 14.100. Bahkan pada penutupan pasar kemarin rupiah sempat menyentuh Rp 13.992, kendati hari ini kembali lemah ke level Rp 14.040.
Bank Indonesia (BI) optimis rupiah akan melanjutkan penguatannya. BI juga akan tetap memberikan ruang untuk rupiah menguat karena dinilai masih under value.
Potensi penguatan rupiah ditopang oleh stance kebijakan moneter yang sudah di konfirmasi oleh Ketua Federal Open Market Committee (FOMC) tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga.
"Karena ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang melambat," jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah, Rabu (27/2).
Dalam skala global nilai tukar dollar AS berlanjut melemah, dipengaruhi oleh pernyataan dovish Ketua FOMC Jerome Powell di depan Senat Banking Committe. Seiring dengan pernyataan dovish Powell, rilis data Housing AS juga menunjukkan perlambatan.
Data bulan Desember turun ke level terendah selama dua tahun terakhir. Federal Housing Finance Agency (FHFA) House Price Index juga turun dari 0,4% ke 0,3%.
Pelemahan dollar AS terhadap mata uang negara G-10 juga dipengaruhi penguatan poundsterling. Menyusul pernyataan Gubernur Bank of England (BOE) Mark Carney yang berkomitmen untuk mengeluarkan kebijakan mendorong ekonomi Inggris setelah tidak ada kesepakat Brexit.
Baca: Riko Simanjuntak Nilai Silvio Escobar Masih Butuh Adaptasi di Persija
Pelemahan dollar AS serta pernyataan dovish Powell juga mendorong berlanjutnya penurunan yield US Treasury. Sebagian besar pelaku pasar semakin yakin trend kenaikan Fed Fund Rate (FFR) alias suku bunga bank sentral AS sudah berakhir.
"Fed bahkan berpotensi mulai menurunkan FFR di awal tahun 2020 nanti," pungkas Nanang.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: BI optimistis rupiah akan melanjutkan penguatannya