TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah calon pembeli properti potensial diperkirakan masih akan mengamati dinamika politik dan ekonomi sebelum memutuskan untuk membelinya pada tahun ini.
Sekali pun kondisi fundamental perekonomian Indonesia cukup baik, yang ditandai dengan meningkatnya kepercayaan investor terhadap ekonomi domestik di pasar saham.
"Beberapa calon pembeli dan penyewa masih akan mengambil pendekatan wait and see terutama pada semester pertama tahun ini," kata Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus dalam keterangan tertulis yang dikutip Kompas.com, Kamis (4/4).
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir 2018 yang mencapai 5,17 % sudah cukup baik, meskipun pemerintah gagal mencapai target awal. Pertumbuhan ini didukung oleh lonjakan konsumsi karena kepercayaan dan daya beli masyarakat yang meningkat.
Baca: 8 Jenis Pekerjaan Ini Bisa Buat Seseorang Mudah Menjadi Gendut, Apa Saja Ya?
Pasar konsumen pun dinilai cukup mendukung dengan inflasi yang tercatat rendah yakni 3,13 %. Adapun pasar domestik cukup tangguh. Tekanan eksternal yang terjadi memang mengakibatkan rupiah terdepresiasi beberapa kali.
"Namun bank sentral mampu mengambil langkah pencegahan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah dan menjaga defisit neraca transaksi berjalan," tutur Anton.
Beberapa kebijakan tersebut antara lain, meningkatkan suku bunga acuan yang ditutup pada level 6 % pada akhir tahun lalu. Selain itu, suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman dipertahankan pada kisaran masing-masing 5,25 % dan 6,75 %.
"Tak heran bila Fitch Ratings, Badan Pemeringkat Kredit Jepang dan R&I semuanya telah menegaskan peringkat kredit negara Indonesia di BBB, yang mengindikasikan prospek positif negara ini didukung oleh reformasi struktural yang menjanjikan," tambah Anton.
Namun, Pemilihan Umum 2019 yang kini sedang dalam proses kampanye, dinilai menjadi salah satu faktor utama yang mengakibatkan calon pembeli dan penyewa potensial memilih untuk menunda pembelian.
"Semua orang masih menunggu. Meskipun sudah beberapa kali penyelenggaraan Pemilu berlangsung aman, namun untuk melakukan aksi investasi, mereka cenderung setelah Pemilu," kata Anton.
Di samping itu, masih adanya ketegangan akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China, turut menunda aksi pembelian. Satu-satunya harapan untuk kenaikan bisnis properti, sebut Anton, yakni manajemen fiskal yang lebih baik yang dilakukan pemerintah.
Selain pengembangan infrastruktur berkelanjutan yang diyakini akan mendukung pemulihan dan percepatan di berbagai sektor bisnis termasuk properti. (Dani Prabowo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Calon Pembeli Properti Tunggu Pemilu Berlalu"