TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bonceng, pelaku industri ride-hailing, mengakui perang tarif ojek online yang dibungkus promo cukup meresahkan.
“Tarif promo besar-besaran pada dasarnya tidak baik untuk mendewasakan pasar. User (konsumen) dimanjakan dengan harga murah sehingga ke depan tidak bagus. Ini akan menjadi predatory pricing yang dampaknya saling membunuh,” kata CEO Bonceng Faiz Noval, Jumat (17/05/2019).
Dia mengharapkan terciptanya iklim bisnis yang sehat sehingga peluang berkompetisi dan bertumbuh dalam jangka panjang semakin terbuka.
Maraknya tarif promo ojek online yang diterapkan Grab, sambung Faiz, sama saja memicu persaingan tidak sehat di bisnis transportasi online.
Atas dasar itu, dia mendorong pemerintah membatasi tarif promo yang dilakukan oleh aplikator.
Baca: KPPU Temukan Dua Alat Bukti Dugaan Grab Berlaku Diskriminatif terhadap Mitra Driver
Sebagai regulator, campur tangan pemerintah diperlukan untuk membuat ketetapan tarif ojek online melalui Permenhub 12/2019 tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
“Pemerintah mesti melihat ini dari sisi aturan. Tarif promo dilakukan untuk membatasi tarif promo pada minimal angka yang telah ditentukan oleh pemerintah. Kalau tidak maka aturan tarif tidak dapat berjalan,” urai Faiz.
Dia menilai perang tarif promo secara besar-besaran merupakan ambisi untuk mendominasi pasar. Bila tak segera diatur, maka muncul kekhawatiran akan menciptakan monopoli pasar.
“Pastinya akan saling mematikan. Kalau kompetitor semuanya mati maka hanya akan ada satu pemain yang menguasai pasar sehingga harga tidak bisa dikontrol,” pungkas Faiz.