"Dipengaruhi isu eksternal, pelaksanaan tahun politik, pelebaran CAD, pelemahan rupiah sehingga kondisi internal makro indeks menjadi rentan terhadap tekanan,” jelasnya.
Menurut Praska investor asing juga tengah berkontribusi terhadap anjloknya kinerja. Faktor eksternal paling mendominasi karena investor masih sangat berhati-hati untuk masuk ke bursa Indonesia. Adapun fundamental perekonomian yang masih kurang baik.
Melihat kondisi ini Teguh menjelaskan ada sentimen yang bisa menjadi katalis positif bagi IHSG ke depan adalah pembangunan infrastruktur seperti kereta cepat.
Walaupun dampaknya jangka panjang. Tapi, “Pembangunan ini bisa jadi menstimulasi sektor lain seperti properti untuk kembali booming,” jelasnya.
Praska menjelaskan kenaikan peringkat utang beberapa bank besar oleh S&P berdampak jangka panjang. Dalam waktu dekat IHSG bisa menguat karena ditopang dengan pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia.
Praska berharap dengan dipangkasnya suku bunga sektor perekonomian rill bisa tumbuh dengan baik. “Otomatis akan membuat asing melirik Indonesia untuk kembali berinvestasi,” pungkasnya.
Reporter: Arfyana Citra Rahayu
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Kinerja IHSG paling lemah se-Asia, ini penjelasan dari analis