TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah perusahaan pembiayaan (multifinance) masih mengandalkan perbankan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pada 2019.
Proses pendanaan dari perbankan dianggap lebih mudah ketimbang menerbitkan surat utang (obligasi).
PT Artha Prima Finance dan PT Buana Sejahtera Multidana di bawah naungan Buana Sejahtera Group akan menandatangani Perjanjian Kredit dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 300 miliar.
Penandatanganan kerjasama dilaksanakan di Hotel Santika Premier Slipi Jakarta dan dilakukan oleh Direktur PT Artha Prima Finance Ivan Yunanto dan Agung Nugoho, Direktur PT Buana Sejahtera Multidana Herry Mulyadi dan M. Nur Alam bersama Pgs GM Divisi LMC1 PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk - Amerita.
“Penandatanganan kerjasama dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk ini merupakan salah satu strategi Buana Sejahtera Group untuk mendorong peningkatan realisasi pembiayaan kendaraan yang ditargetkan, selain menunjukan masih tingginya tingkat kepercayaan perbankan terhadap perusahaan,” kata Presiden Direktur Buana Sejahtera Group Zaenal Abidin di Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Baca: Asisten Rumah Tangga Dibunuh Karena Menolak Memberikan Pinjaman Rp 6 Juta
Dikatakannya, kerjasama dengan Bank BNI ini juga merupakan momentum penting bagi Buana Sejahtera Group untuk tetap fokus pada pembiayaan kendaraan roda empat, baik passenger maupun komersial.
"Dan tentunya perusahaan terus berkomitmen menjaga kepercayaan mitra bisnisnya, khususnya kalangan perbankan nasional,' katanya.
Sepanjang tahun 2019, Buana Sejahtera Group melalui kedua perusahaan tersebut membidik penyaluran pembiayaan sebesar Rp 600 miliar.
Angka itu naik tipis dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 531,5 miliar.
Dari sisi laba bersih, Zaenal menambahkan, kedua perusahaan tersebut menargetkan bisa menyentuh Rp 33,6 miliar pada tahun 2019, naik dari 2018 yang mencapai Rp 31,5 miliar.
Baca: Kinerja BRI Agro Q1 Didukung Penyaluran Kredit dan Likuiditas
"Kemudian, rasio kredit bermasalah (non performing finance/NPF) juga akan ditekan hingga di bawah 2%. Kami menargetkan di angka 1,5 persen," katanya.
Meski demikian, diperkirakan pertumbuhan industri pembiayaan di tahun ini cenderung konservatif.
"Maka dari itu, perusahaan lebih memilih menjaga kualitas portofolio pembiayaan," katanya.