TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap sembilan penyebab kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang 29 Oktober lalu.
Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utama menyebut, salah satu penyebabnya adalah terdapat kerusakan pada bagian Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) pesawat.
Sebagai informasi, MCAS adalah fitur yang baru ada di pesawat Boeing 737-8 (MAX) untuk memperbaiki karakteristik angguk, yaitu pergerakan pada bidang vertikal pesawat pada kondisi flap up, manual flight tanpa auto pilot, dan AOA tinggi.
Namun, pilot tidak mendapat informasi lengkap soal fitur tersebut dalam pelatihan maupun dalam buku panduan.
Baca: Prabowo Subianto Bertemu Kivlan Zen Menjelang Pengumuman Kabinet
"Proses investigasi menemukan bahwa desain dan sertifikasi fitur ini tidak memadai, juga pelatihan dan buku panduan untuk pilot tidak memuat informasi terkait MCAS," kata Nurcahyo Utama di Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Pria yang menjadi investigator dalam kasus Lion Air ini juga mengungkap, reaksi pilot terhadap kerusakan yang terjadi saat itu juga berdampak karena tidak mendapat informasi lengkap soal fitur MCAS.
Baca: Segera Diluncurkan, Begini Wujud STNK Elektronik yang Baru
"Saat desain dan sertifikasi (MCAS) dibuat berbagai asumsi sesuai ketentuan yang berlaku."
"Asumsi itu menentukan pilot akan bereaksi memberikan trim yang cukup. Tapi ternyata itu (trim yang cukup) tidak terjadi," jelas Nurcahyo.
Baca: Iuran BPJS Naik, Menkes Terawan Janjikan Kenaikan Kualitas Layanan
Nurcahyo mengungkap, Boeing juga hanya mengandalkan fitur MCAS pada pesawat.
Akibatnya bila fitur tersebut rusak, maka tidak ada fitur lain yang memberikan informasi kepada pilot.
"Pihak Boeing menganggap bahwa satu sensor sudah sesuai, dan ada kriteria sertifikasi. Dengan sistem seperti ini, rentan terhadap kemungkinan gangguan karena sensor ini (MCAS) bisa saja rusak, bisa saja ada kendala yang lain," ungkapnya.
Dalam penerbangan sebelum kecelakaan (Denpasar-Jakarta), pilot juga telah melaporkan kerusakan pesawat pada teknisi pesawat setelah tiba di Jakarta.
Saat sang pilot melaporkan, pilot tersebut tidak melaporkan semua masalah yang muncul karena tidak mengetahui informasi soal MCAS pada pesawat.
Masalah yang tidak dilaporkan seperti aktifnya shaker yang menghentikan MCAS saat pesawat mengalami masalah pada AoA indicator.