Kedua, meningkatkan kinerja saluran irigasi yang ditunjukkan oleh kecepatan aliran.
Baca: Balitbang Kementerian PUPR Kenalkan Solusi Pompa Air Tenaga Hidro untuk Atasi Musim Kering
Ketiga, mengurangi biaya pembangunan dibandingkan kontruksi pasangan batu kali (konvensional)
Keempat, memiliki kemudahan dan ketahanan yang seragam; dan kelima, dapat diterima secara luas oleh masyarakat.
Baca: Ditjen SDA Rehabilitasi Jaringan Irigasi Pamarayan Barat, Pasok Irigasi dari Serang Sampai Cilegon
Rezeki menjelaskan, metode pembuatan Ferosemen cukup sederhana dan bisa diadaptasi di berbagai lokasi. Serta bisa dikerjakan dan dioperasikan oleh para petani dengan pelatihan singkat.
Rezeki menegaskan penerapan teknologi ini tidak asal diterapkan di suatu wilayah.
Tim Puslitbang SDA PUPR, perlu melakukan penelitian terlebih dahulu. Mereka akan melakukan pemetaan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk bisa menerapkan teknologi ini.
“Tak lupa, kami melakukan analisis kebutuhan teknologi,” ujarnya.
Saat ini teknologi beton ferosemen sudah diterapkan di Kelurahan Sidomoyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.
Rezeki menilai, Kelurahan Sidomoyo cocok untuk penerapan teknologi beton ferosemen lantaran lokasi merepresentasikan adanya masalah kebocoran, sedimentasi, dan longsoran saluran irigasi tersier yang umumnya terjadi pada persawahan Indonesia.
Setelah ini, teknologi beton ferosemen juga bisa digunakan di daerah lain di Indonesia, sebagai solusi bagi para petani yang ingin mendapatkan suplai air melalui saluran irigasi yang kuat dan kokoh terbuat dari beton ferosemen.