Sedikit kilas balik, mengutip Bloomberg, Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono mengambil alih bisnis rokok setelah ayah mereka meninggal pada tahun 1963.
Mereka membangun kembali dan memodernisasi Djarum, mendirikan pusat penelitian dan pengembangan untuk menciptakan campuran kretek baru, termasuk cerutu serta varietas rasa ceri.
Baca: Mengenal Prajogo Pangestu, Orang Terkaya Ke-3 di Indonesia yang Pernah Jadi Sopir Angkot
Djarum mulai mengekspor rokok pada tahun 1972. Saat ini, sekitar 60.000 pekerja di pabrik Djarum di Kudus.
Pada tahun 2002, duo Hartono bermitra dengan Farallon Capital, hedge fund yang berbasis di San Francisco, membeli 51% saham BCA.
Saham BCA tersebut dibeli dengan menggunakan perusahaan pendaraan bernama Farindo Investment. Pada 20019, Farallon menjual kepemilikan sahamnya di BCA ke duo Hartono.
Hartono bersaudara juga berekspansi ke properti dan pada 2004 memenangkan hak untuk membangun kembali Hotel Indonesia dan Hotel Wisata, yang berlokasi di kompleks pusat Jakarta yang sama.
Mereka mengubah properti menjadi pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel dan apartemen mewah, dan menyebutnya Grand Indonesia.
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Terkaya se-Indonesia, harta pemilik Djarum bertambah Rp 32,76 triliun tahun ini