TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bakal mengantisipasi dampak dari gejolak yang terjadi di Timur Tengah paska serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat ke Baghdad yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Soleimani.
Bendahara Negara itu mengatakan akan membuat skenario untuk menjaga APBN, sama halnya seperti di tahun 2018 ketika perekonomian Indonesia dihadapi gejolak akibat perang dagang AS dan China yang pecah kala itu.
"Sama seperti waktu 2018 itu juga ada gejolak yang cukup tinggi, tahujn 2019 juga gejolak tinggi, kita akan jaga. Selama APBN tetap menjalankan fungsi sebagai instrumen yang efektif dan kredibel," jelas Sri Mulyani ketika memberi keterangan di Jakarta, Selasa (7/1/2020).
Lebih lanjut Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan, jika memang terjadi peningkatan ketegangan di Timur Tengah, salah satu yang paling terpengaruh adalah pergerakan harga minyak dunia yang dalam beberapa hari terakhir sudah bergerak naik.
Baca: Shortfall pajak Rp 245 triliun pada 2019, terburuk dalam 5 Tahun Pemerintahan Jokowi
Tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap target dan realisasi APBN di 2020 ini.
Namun demikian, dirinya belum bisa memaparkan lebih jauh lantaran tahun 2020 baru berjalan beberapa hari.
"Kita akan lihat terus ini kan Januari baru tujuh hari, kita akan lihat bagaimana pergerakannya," jelas Suahasil dalam kesempatan yang sama.
"Nanti dampaknya ke APBN tentu berpengaruh ke variabel-variabel lain, kurs kita bagaimana, kemudian lifting kita nanti seperti apa. Itu semuanya yang kita perhatikan terus," ujar dia.