TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tanamduit bersama dengan First State menyelenggarakan talkshow “Time to Invest: This Decade Belongs to Asia” membedah update tren pasar modal 2020, perkembangan investasi serta teknologi yang dapat penunjang kegiatan berinvestasi di Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Talkshow bertajuk “Time to Invest: This Decade Belongs to Asia” ini menghadirkan Chief Economist tanamduit Ferry Latuhihin, Fund Manager First State Investments Indonesia Guntur Prasetyo, dan perwakilan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri sebagai narasumber.
Talkshow ini membahas mengenai perkembangan pasar modal di tahun 2020, berdasarkan data yang telah didapatkan sepanjang 2019 lalu.
Di pasar modal kita, pertumbuhan jumlah investor individu maupun korporasi pun menjadi hal yang tidak terelakkan seiring dengan perkembangan cara dan teknologi berinvestasi.
Sementara, kebutuhan di usia pensiun menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat berinvestasi sejak dini.
Tanamduit menjadi salah satu teknologi berbasis aplikasi yang dapat membantu para investor dan calon investor di Indonesia dalam mengelola keuangan mereka.
Baca: Fakta-fakta Baru Jebloknya Investasi Asabri di Saham, Ada Nama Benny Tjokro
“Indonesia menjadi salah satu negara di Asia yang perekonomiannya berpotensi besar di tahun 2020,” ujar Ferry Latuhihin.
Ferry optimis terhadap potensi perekonomian Indonesia walau laju pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat karena bebagai faktor seperti geopolitik, perang dagang Amerika-Tiongkok, regulasi dari bank dunia, dan faktor X.
Ferry mengatakan tahun ini saat yang tepat untuk berinvestasi di pasar modal mengingat pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa sedang stagnan dan mendorong investasi baru mengalir ke negara-negara berkembang.
"Kalau melihat neraca keuangan AS dipastikan Bank Sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Fund Manager First State Investments Indonesia Guntur Prasetyo. Dia mengatakan kondisi ekonomi global diperkirakan membaik ditandai dengan berakhirnya perang dagang China - Amerika Serikat.
Tujuan Investasi
Guntur menilai Indonesia masih menjadi tujuan investasi mengingat secara ekonomi dinilai lebih stabil dibanding negara-negara berkembang lainnya karena didorong sektor konsumsi.
"Kalau ekonomi kita biasa-biasa saja maka aliran dana pasti ke negara berkembang lainnya," ujarnya.
Di tempat sama, Ketua Dana Pensiun Indonesia Suheri mengatakan iklim ekonomi dunia yang membaik ini harus mendapat dukungan otoritas di bursa agar investor merasa nyaman.
"Kasus reksa dana yang dibekukan dan dibubarkan tentunya membuat investor terutama yang baru pertama bertransaksi enggan untuk berinvestasi di pasar modal," ujar Suheri.
Suheri menegaskan, perusahaan dana pensiun juga merupakan pihak yang paling dirugikan dengan isu-isu pasar modal yang negatif karena hampir sebagian besar dana yang diinvestasikan dalam bentuk saham.
Ferry Latulihin menambahkan, seiring dengan perkembangan teknologi saat ini transaksi di pasar modal seperti reksadana juga dapat dilakukan melalui aplikasi ponsel pintar seperti ditawarkan Tanamduit.
Persoalannya aplikasi yang dikembangkan perusahaan rintisan ini sangat bergantung kepada perkembangan pasar modal khususnya reksadana.
Aplikasi Tanamduit dikembangkan dan dimiliki oleh Mercato Digital Asia, perusahaan induk dari PT Star Mercato Capitale dan PT Mercato Digital Insurtech.
PT Star Mercato Capitale memiliki lisensi sebagai agen penjual efek reksadana (APERD) dari OJK dan mendapat penunjukan dari Kementerian Keuangan untuk memasarkan Surat Berharga Negara (SBN).