Sementara aspek kontribusi adalah melakukan hal yang benar (do the right thing) menyangkut tujuan bisnis, perlakuan pada pegawai, saluran distribusi, dan inovasi produk.
Lebih lanjut Silih menyampaikan tentang skema brand vital sign.
Pertama adalah character, bagaimana mensinergikan antara brand, finansial, dan profit dalam pengambilan keputusan.
Kedua adalah convergence, bagaimana melakukan konvergensi antara karyawan, supplier, dan jaringan distribusi.
Ketiga adalah experience, bagaimana membangun pola pengalaman konsumen.
Setelah tiga langkah tersebut sudah dilakukan, baru dilakukan langkah keempat dan kelima yaitu keempat, engineering, bagaimana menerjemahkan corporate brand value dan product brand value menjadi pesan kunci dan model penyampaian pesan.
Dan kelima, key performance indicator meliputi output (volume penjualan, jumlah produk, jumlah outlet) dan outcome (peningkatan profit dan cash-in-hand).
“Contoh dalam aspek experience, orang kalau baru buka warung bersedia menjadi kasir dan melayani pelanggan, namun ketika sudah punya tiga warung umumnya malas melayani pelanggan secara langsung. Padahal pelanggan itu senang ketika bertemu langsung dengan pemilik warung,” kata Silih
Contoh lain dalam aspek karakter, pabrik mobil itu menyadari bahwa cat mobil warna putih ongkos produksinya lebih murah ketimbang warna lain.
Tapi mobil warna putih tidak begitu laku di pasaran karena identik dengan warna ambulan.
Apa yang dilakukan produsen mobil? Mereka menemui pemilik dealer mobil, meminta tidak menjual ambulan dengan warna putih dengan memberikan insentif (misal potongan harga) kepada konsumen.
“Akibatnya mobil warna putih tidak lagi identik dengan warna ambulan. Konsumen mulai meminati mobil warna putih. Ini memberikan dampak positif berupa peningkatan angka penjualan mobil warna putih yang ongkos produksinya lebih murah,’’ lanjut Silih.
Silih menegaskan aspek lain yang tidak kalah penting adalah soal unblocking consciousness.
Brand dapat berpengaruh efektif apabila pemilik brand mampu membuka pemikiran konsumen.
Misal orang umumnya tidak merasa aman berlama-lama di SPBU.