Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan produksi komoditas minyak sawit diprediksi akan mengalami pelambatan pada 2020 jika dibandingkan periode 2019.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono dalam agenda 'Refleksi Industri Sawit Tahun 2019 dan Prospek Tahun 2020'.
Ada sejumlah faktor yang disebut mempengaruhi melambatnya pertumbuhan produksi komoditas satu ini, mulai dari iklim hingga melesunya harga sawit.
Ia menjelaskan bahwa kekeringan pada 2019 bisa berdampak buruk pada produksi berikutnya.
"Menurut para ahli, faktor musim kering tahun lalu bisa berdampak pada produksi minimal 8 bulan sampai 1,5 tahun terhadap produksi berikutnya," ujar Joko, di Hotel Grand Sahid, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020).
Baca: PLN Akan Maksimalkan Penggunaan Minyak Sawit untuk Pembangkit
Sehingga ia melihat faktor iklim ini mampu mendorong melambatnya produksi minyak sawit Indonesia.
"Jadi kalau benar musim kering (menjadi) faktor yang signifikan, maka produksi tahun ini akan terpengaruh," jelas Joko.
Kemudian, faktor lainnya yakni dipicu rendahnya harga sawit selama dua tahun ini.
Faktor ini tentu saja berdampak pada pengurangan pupuk yang dilakukan oleh para petani.
Menurutnya, ada kemungkinan kedua faktor itu akan mempengaruhi produksi tahun ini.
"Kalau kedua faktor itu berpengaruh, mungkin tahun ini kenaikan produksinya akan turun, kalau tahun lalu (produksinya) 4 juta, tahun ini mungkin tidak sampai 4 juta," kata Joko.
Perlu diketahui, produksi minyak sawit mengalami pertumbuhan mencapai 51,8 juta ton pada 2019 jika dibandingkan tahun 2018 yang hanya mencapai 47,43 juta ton.
Angka ini naik sebesar 9 persen di 2019 jika dibandingkan tahun sebelumnya.