Gery masih bersyukur, kendati demikian harus terima gaji dan tunjangannya dipotong cukup besar, perusahaan tidak memberhentikannya.
Untuk memenuhi kebutuhannya selama Ramadan dan menjelang hari Raya Idul Fitri, dia mengaku tidak terlalu berdampak karena statusnya yang single.
Ia juga berharap pandemi ini akan segera berakhir secepatnya.
"Karena yang kena dampak banyak banget," kata dia.
Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah mempersiapkan perubahan tren baru berwisata usai pandemi covid-19.
Baca: Gubernur Osaka Umumkan Nama 6 Pachinko Bandel, Masih Buka di Tengah Pandemi Corona di Jepang
"Kami menyiapkan destinasi sesuai dengan kondisi new normal. Destinasi itu disiapkan dengan mengedepankan prinsip sustainable tourism, termasuk di dalamnya soal kesehatan, dan keamanan," kata Sekretaris Kemenparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani.
Menurutnya, pemerintah membagi tiga tahapan dalam penanganan wabah corona mulai dari masa tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi.
Pemerintah juga telah merealokasi anggaran dan menerapkan program khusus selama masa tanggap darurat covid-19.
"Realokasi akan diarahkan untuk berbagai macam program yang sifatnya pendukungan masa tanggap darurat untuk membantu sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," tutur Ni Wayan Giri Adnyani.
Sementara itu, Founder and Chairman MarkPlus, Inc, Hermawan Kartajaya, menjelaskan sektor pariwisata paling terdampak oleh pandemi Covid-19.
"Semua sekarang sadar ketika pariwisata stop, ekonomi juga stop. Semua baru sadar bahwa pariwisata adalah tulang punggung ekonomi. covid-19 ini menarik, karena pariwisata tak akan pernah sama lagi," kata Hermawan.
Destinasi wisata Bali menjadi contoh bagus dalam mengkombinasikan “God, people, nature” dalam sektor pariwisata.
Baca: Jika Kim Jong Un Benar Meninggal, Pengamat Militer Sebut Perang Saudara di Korut Bisa Saja Terjadi
Ia memprediksi setelah Covid-19 akan semakin banyak wisatawan yang menuntut pariwisata tidak hanya dari segi harga, tetapi juga keberlangsungan lingkungan di destinasi tujuan.
Mereka menginginkan destinasi berkualitas dengan alam dan keamanan lebih baik, sistem mitigasi, di mana bisa terjadi dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut.
"Kalau bicara bertahan atau surviving itu sudah pasti. Sekarang tinggal bicara preparing atau mempersiapkan ketika wisatawan kembali setelah Covid-19. Bali jadi contoh dan punya ketahanan. Nusa Tenggara Barat juga sekarang sedang preparing karena melihat potensi di masa depan," kata Hermawan.(Tribun Network/ras/nas/wly)