Dampak dari kelangkaan bahan baku ini akan membawa inflasi yang lebih tinggi karena industri manufaktur tidak mampu memenuhi permintaan dan memicu terjadinya shortage.
Di sisi lain, dengan inflasi yang tinggi, tentu rumah tangga akan menurunkan konsumsinya. Padahal kontribusi terbesar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini adalah konsumsi rumah tangga.
“Dengan tingkat inflasi tinggi, konsumsi rumah tangga juga turun sejalan dengan daya beli yang juga menurun. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi pun dapat terpuruk lebih jauh,” tutur Sita.
Visi Teliti Saksama sendiri merupakan pusat kajian dan publikasi multiplatform dari berbagai isu ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lingkungan hidup yang berdiri 3 tahun lalu.
Tim periset Visi berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka, dengan pengalaman terlibat dalam pembuatan beragam kebijakan di bidang komoditas, perdagangan, dan program komunikasi.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Imbas Covid Lebih Besar dari SARS, Ekonomi Indonesia Diperkirakan Kembali Pulih Tahun 2022