News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Miris Petani Lokal Bagikan Sayur Karena Tidak Ada yang Beli, Faisal Basri: Ini Ironis

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ekonom Indef Faisal Basri dalam diskusi di Kedai Kopi, Jakarta, Rabu (14/8/2019). (Ria Anatasia)

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Faisal Basri menyampaikan keprihatinannya terkait permasalahan ekonomi Indonesia yang terpuruk di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.

Banyak pekerja yang terpaksa kena PHK dan ketahanan pangan menjadi sorotan mengingat Indonesia bergantung terhadap barang impor.

Baca: Empat TKI di Malaysia yang Kabur Usai Tes Covid-19 Sudah Ditemukan, 1 Orang Masih Dicari

Terutama ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku pangan dari China.

"Ini ironis," ujar Faisal Basri dalam webinar memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Rabu (21/5/2020).

"60 persen sayur kita diimpor dari China. sayur kita impor 770 juta USD , 67,5 persen kita impor dari China. jadi selain impor ketergantungan pada satu negara. kalo ada apa-apa di negara itu, babak belur, harga naik. Sementara di Jawa timur kita lihat petani membuang atau menggratiskan sayurnya karena tidak ada yang beli sayur nya," ujarnya

"Yang kita produksi kita buang yang kita impor kita beli," lanjutnya

Padahal menurutnya, jika pemerintah mendukung para petani lokal, Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak di sektor pertanian.

"Saya kira ini bisa menciptakan sektor yang luar biasa," tutur Faisal Basri.

Dia mengatakan harusnya pemerintah sadar lapangan kerja yang tercipta di Indonesia tersedot karena mengimpor.

Menurutnya, dengan mengimpor pemerintah secara tidak langsung menciptakan lapangan kerja untuk negara lain.

"Gula misalnya, Negara kita negara terbesar yang mengimpor gula. Kita pernah menghabiskan 2,5 USD, tahun lalu kita habiskan 2,4 USD hanya untuk gula," kata Faisal Basri.

"Padahal Indonesia sejak tahun 1890 sampai 1967, kita negara produsen dan pengekspor gula, sekarang menjelma menjadi negara pengimpor gula terbesar di dunia," tuturnya.

Dengan mengimpor, pemerintah tidak hanya menciptakan lapangan kerja bagi negara lain, tapi juga hanya memberikan kemanfaatan segelintir orang.

Baca: Kurangi Kemudaratan, Maruf Amin Minta Salat Ied Tak Dilakukan Masif Berjamaah

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini