Ketujuh, lanjutnya, membangun kemitraan dengan usaha olahan dan pasar. Kedelapan, membentuk koperasi sehingga terkoordinir, teknologinya seragam dan hasil pasarnya bersama-sama.
Baca: Terkuak! Trio Mantan Petinggi Jiwasraya Terima Mobil Mewah dan Pelesir ke Luar Negeri
“Pendirian koperasi juga dapat dijadikan solusi stabilisasi harga. Koperasi turut memperhatikan aspek hilirisasi, pasca panen, dan pengolahan ditangani oleh koperasi. Kehadiran koperasi dapat menjembatani antara petani dan konsumen sehingga tidak terjadi disparitas harga,” jelas Prihasto.
Baca: Bikin Negara Rugi Rp 16,8 Triliun, Dirut Jiwasraya Hendrisman Suka Dipanggil Chief
Sementara jurus kesembilan adalah membentuk pasar lelang di level farm gate sehingga petani peroleh harga tertinggi, cash and carry dan tercipta one region produk bersama champion.
"Hanya cukup bangunan bangsal sederhana saja, yang penting tersedia tempat ketemu antara penjual dan pembeli. Bahkan di Sleman ini penawar tidak perlu hadir, tapi cukup SMS besarnya menawar harga ke pengelola pasar lelang,” tambah Prihasto.
Terakhir adalah membangun sistem logistik dan cold:storage untuk menyimpan produk dalam jumlah besar. Tujuannya memasok antar pulau maupun ekspor.
Dari hasil koordinasi dengan berbagai pihak, dihasilkan beberapa solusi yang bersifat jangka pendek, menengah dan panjang.
Jangka pendek yang bisa dilakukan antara lain melakukan evaluasi impor cabe olahan, menjalin kemitraan dengan industri makanan,
Peran Pemda setempat untuk menyerap cabai yang berlimpah seperti yang telah dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung dan Kulon Progo.
Selain itu juga bisa memanfaatkan bantuan biaya distribusi dari Kementan untuk memindahkan cabai dari daerah yang harganya murah ke daerah yang harganya mahal sepanjang ada pelaku usaha dari kedua daerah dimaksud.
Petani harus memiliki jejaring pasar antar wilayah bahkan antar pulau, hal ini bisa dijembatani oleh Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Paskomnas dan petani milenial.
“Untuk jangka menengah meningkatkan provitas untuk menekan BEP dan pengembangan industri olahan. Sedangkan untuk jangka panjang bisa dilakukan dengan penumbuhan unit pengolahan atau BUMD dengan dukungan logistik modern,” tutur Prihasto.
Di kesempatan yang sama, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha menambahkan beberapa solusi yang sifatnya mendasar dalam menjaga stabilisasi harga.
Yakni harus hitung dulu berapa tingkat kebutuhan perwilayahan.
“Baru kita hitung berapa yang harus kita tanam,” ujar Tommy.