TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Maskapai penerbangan Jerman Lufthansa menyatakan bakal melakukan pemutusan hubungan kerja ( PHK) terhadap 22.000 pegawai.
Langkah ini dilakukan agar maskapai tersebut dapat tetap bertahan di tengah anjloknya sektor transportasi udara akibat pagebluk virus corona.
Dilansir dari BBC, Jumat (12/6/2020), Lufthansa memprediksikan lambatnya pemulihan permintaan transportasi udara.
Baca: Cerita Dirut Garuda Irfan Setiaputra Tentang Makna Filosofis Maskapai Penerbangan yang Dipimpinnya
Lufthansa memprediksikan bakal hanya mengoperasikan sekira kurang dari 100 pesawat setelah krisis.
Pihak Lufthansa menyatakan, separuh dari total pegawai yang terdampak PHK berada di Jerman.
Maskapai tersebut pun berharap dapat mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja pada 22 Juni 2020.
Lufthansa saat ini mempekerjakan lebih dari 135.000 pegawai di seluruh dunia.
Adapun separuhnya bekerja di Jerman.
"Tanpa ada pengurangan signifikan dalam biaya personel selama krisis, kita akan kehilangan kesempatan untuk dapat kembali memulai dengan lebih baik dari krisis dan Lufthansa Group akan bangkit dari krisis dengan lebih lemah," kata Direktur Sumber Daya Manusia Lufthansa Michael Niggemann.
Bulan lalu, Lufthansa menyepakati dana penyelamatan sebesar 9 miliar euro atau setara sekira Rp 144,3 triliun (kurs Rp 16.039 per euro) dari pemerintah Jerman.
Dana ini untuk menyelamatkan Lufthansa dari risiko kolaps.
Pemerintah Jerman akan mengambil alih 20 persen saham Lufthansa.
Namun, rencana itu masih harus disetujui oleh pemegang saham Lufthansa dan Komisi Uni Eropa.
Agar dapat bertahan hidup, Lufthansa menutup maskapai penerbangan murah miliknya, Germanwings pada April 2020.
Sejumlah maskapai penerbangan di dunia pun menerapkan kebijakan PHK guna mengantisipasi lamanya periode rendahnya permintaan penerbangan.
British Airways, misalnya, mengajukan PHK terhadap 12.000 dari total 45.000 pegawainya.
Dari angka itu, lebih dari 1.000 pilot terancam dirumahkan.
Maskapai penerbangan Irlandia, Ryanair, bakal memangkas 3.000 pegawai atau sekira 15 persen dari total pegawainya.
CEO Ryanair Michael O'Leary mengatakan, jumlah tersebut adalah angka minimum PHK karyawan agar maskapai itu bisa bertahan hanya dalam 12 bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Maskapai Jerman Lufthansa Bakal PHK 22.000 Pegawai"