TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Ratuboko, Edy Setijono, menyebut turis asal China menjadi harapan untuk pemulihan pariwisata Indonesia.
Menurutnya, turis asal China memiliki potensi untuk mengembangkan dan memulihkan sektor pariwisata Indonesia yang terkena dampak Covid-19.
"Kita harapkan turis asal China dapat berdampak kepada wisata Indonesia, karena negara ini memegang posisi kedua setelah Malaysia untuk kedatangan wisatawan ke Indonesia," ucap Edy dalam diskusi online, Jumat (17/7/2020).
Sementara itu menurut Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat China (RRC) dan Mongolia, Djauhari Oratmangun berdasarkan data hingga 17 Juli 2020 topik yang sering dibicarakan warganet di China adalah Bali yang mencapai 370 kali.
"Pada 4 Juli 2020 saja, sudah nyaris satu juta partisipan warga negara China yang ingin mengunjungi Bali setelah Covid-19 selesai," ucap Djauhari.
Djauhari juga mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan promosi untuk merangsang wisatawan dari mancanegara khususnya China untuk ke Indonesia.
Selain itu Djauhari juga menyoroti konektivitas penerbangan yang ada di Indoensia.
"Ketika konektivitas sudah ada, para wisatawan ini akan berkunjung ke Bali, Manado, yang ada penerbangan langsung," ucap Djauhari.
"Kami juga sedang membuat hastag #workingfromindonesia, untuk membuat minat wisatawan datang ke Indonesia," tambah Djauhari.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, juga mengutarakan hal serupa.
Kata dia banyak warga negara China ingin berlibur ke Indonesia. Menurutnya, salah satu tujuan warga negara China ini adalah Bali yang kini menjadi tempat wisata yang paling diminati turis.
Baca: 7 Kuliner Khas Bali yang Enak dan Wajib Dicoba, Coba Sate Lilit yang Rendah Lemak
Terkait hal tersebut, lanjut Perry, pihaknya telah melakukan banyak pendekatan untuk yang ingin berwisata ke Indonesia.
"Kawasan wisata Bali ini sangat diminati oleh warga China, jadi berpotensi sekali untuk pemulihan sektor pariwisata," ujar Perry.
Ia juga menambahkan, saat ini pemerintah juga tengah menyusun protokol kesehatan untuk para wisatawan mancanegara yang ingin ke Indonesia.
"Hal ini dilakukan karena hingga saat ini, banyak yang ingin berwisata tetapi takut dengan adanya Covid-19," ucap Perry.
Minat ke Bali itu, lanjut Perry, sudah meningkat tapi masyarakat masih takut. Saat ini, sudah ada Thailand menerapkan new normal dan lifestyle untuk pemulihan wisata mereka.
Perry menjelaskan, saat ini mobilitas manusia dan ekonomi aktivitas dunia usaha terbatas. Karena itu, perlu langkah konkret untuk memitigasi sektor keuangan dan pasar keuangan.
Devisa Negara
Presiden Komisaris PT Hotel Sahid Jaya Internasional, Hariyadi Sukamdani, mengatakan dampak terhantamnya sektor pariwisata oleh covid-19 sangat besar.
Kata dia, akibat dampak Covid-19 kepada sektor pariwisata adanya devisa yang hilang pada Januari hingga April 2020 sebesar 4 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
"Kemudian adanya potensi hilangnya pajak dan retribusi daerahjuga bisa terjadi, karena pariwisata berhenti beroperasi," ucap Hariyadi.
Selain itu Hariyadi juga mengungkapkan, akibat dampak Covid-19 setidaknya lebih dari 2 ribu hotel dan 8 ribu restoran tutup.
"Hal ini berpotensi hilangnya pendapatan pada Januari hingga April 2020 untuk sektor hotel Rp 30 triliun dan restoran Rp 40 triliun," ucap Hariyadi.
Bukan hanya industri hotel dan restoran saja, lanjut Hariyadi, industri penerbangan dan tour operation juga menanggung imbas akibat dampak Covid-19 di sektor pariwisata.
Baca: Jadi Istri Keturunan Raja Bali, Happy Salma Seolah Tak Malu Tampil Seperti Ini di Tempat Umum
"Tour operation saat ini rugi hingga Rp 4 triliun, dan maskapai penerbangan harus menanggung rugi hingga 812 juta dolar AS," ucap Hariyadi.
Hariyadi juga menjelaskan, apabila dampak Covid-19 ini butuh waktu lama untuk mengatasi bukan tidak mungkin angka kerugian ini akan bertambah.
"Kemungkinan juga terjadinya pemutusan hubungan kerja sebesar 30 sampai 40 persen dari jumlah pekerja saat ini, dan perusahaan pastinya akan tidak memperpanjang karyawan kontrak yang telah habis masa kontraknya untuk menstabilkan keuangan," ujar Hariyadi.
Sementara itu Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo mendorong pelaku UMKM lokal untuk memasarkan produknya secara online melalui platform e-commerce.
Dia menyebut langkah ini sekaligus mendukung program #BeliKreatifLokal yang telah diluncurkan sejak Juni 2020.
"Program ini telah terkurasi 500 pelaku ekonomi kreatif untuk kami fasilitasi (pendaftaran) HAKI (Hak Kekayaan Intelektual), kami fasilitasi untuk masuk ke online, dan kami juga memberikan pendampingan-pendampingan promosi," kata Angela.
Angela menjelaskan, program ini bertujuan untuk membantu para pelaku usaha UMKM yang terdampak pandemi Covid-19 tetap bisa melakukan aktivitas ekonominya. Mengingat terbatasnya interaksi jual beli secara fisik di tengah pandemi.
"Dengan terjadinya pandemi ini, para pengusaha UMKM tidak bisa beraktivitas dan dalam hal ini mereka harus beradaptasi dengan teknologi agar bisa terus beraktivitas. UMKM Indonesia harus bisa berinovasi dan kita bangga terhadap produk lokal dan saya yakin produk lokal bisa merajai pasar," ujar Angela.
Angela menuturkan, bahwa program ini menyasar tiga subsektor UMKM, yaitu kriya, fashion, dan kuliner, terutama yang berada di Jabodetabek.
"Kami memilih di zona merah khususnya Jabodetabek. Karena kami melihat itu sangat terhambat produktivitas secara fisik jadi itu yang kami fasilitasi terlebih dahulu," katanya.
Staf Khusus Bidang Kebijakan Digital dan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi sependapat bahwa pemasaran produk UMKM lewat platform digital memungkinkan pengusaha dapat memperluas distribusi produknya tanpa harus melakukan kontak fisik.
"Di masa pandemi Covid-19 ini, sebenarnya bisa menghadirkan peluang distribusi baru bagi para pengusaha UMKM. Yaitu melalui metode distribusi produk secara digital," ujar Dedy.(tribun network/har/nas/van/wly)