TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas, bekerja sama dengan USAID SEGAR, Kadin Regenerative Forestry Business Hub (Kadin RFBH), The British Embassy Jakarta, dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) menyelenggarakan Indonesia Bioeconomy Initiative Workshop di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta.
Kegiatan ini untuk mendorong ekonomi berbasis sumber daya hayati yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia yang dilanjutkan dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) proyek percontohan bioekonomi di sektor kehutanan melalui praktik Multi Usaha Kehutanan.
Bioekonomi memiliki potensi besar sebagai pilar transformasi ekonomi menuju visi Indonesia Emas
2045.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Dr. Vivi Yulaswati, MSc, mengatakan sejauh ini belum adanya kerangka jelas dan panduan praktis mengenai bioekonomi yang dapat diadopsi oleh para pemangku kepentingan, menimbulkan berbagai tantangan dalam pengelolaannya.
Baca juga: Arab Saudi Jadi Tuan Rumah, KTT ke-16 UNCCD COP di Riyadh Bahas Iklim hingga Keanekaragaman Hayati
Antara lain, seperti terbatasnya pemahaman kolektif, belum optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya alam yang melimpah, dan lemahnya sinergi antara sektor-sektor terkait.
“Diperlukan inisiatif untuk merumuskan konsep dan prinsip bioekonomi yang dapat diadopsi di tingkat nasional. Inisiatif ini tidak hanya melibatkan pengembangan kerangka konseptual yang jelas dan disepakati, tetapi juga penerapan praktisnya di berbagai sektor," ujarnya.
Dia menilai, kegiatan Indonesia Bioeconomy Initiative Workshop sebagai langkah awal untuk menyusun kerangka bioekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Indonesia.
"Konsep bioekonomi dirumuskan dengan mempertimbangkan kekayaan lokal yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir dan dikelola secara bijak,” jelas Vivi.
Plt. Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas, Ir. Medrilzam, M.Prof. Econ, Ph.D, menyampaikan, pentingnya kolaborasi antaraktor sebagai elemen fundamental dalam mempercepat implementasi bioekonomi di Indonesia.
“Pemerintah berperan memberikan arah kebijakan, dunia usaha menjadi motor inovasi, akademisi menyediakan ilmu pengetahuan, dan masyarakat adat menjaga kearifan lokal yang menjadi dasar keberlanjutan," ujarnya.
Dia mengapresiasi kehadiran kementerian terkait, pelaku usaha, perwakilan akademisi, lembaga internasional, organisasi non profit, dan organisasi masyarakat sipil yang turut mendukung inisiatif ini.
"Harapannya, kita bisa menjaring lebih banyak lagi masukan selanjutnya,” ujarnya.
Menurut Medrilzam, melalui kerja sama lintas sektor yang kuat akan menjadi kunci dalam membangun ekosistem bioekonomi yang terintegrasi, mulai dari bahan baku hingga hilirisasi produk.
UK Minister Counsellor Development for Indonesia, ASEAN, and Timor-Leste Amanda McLoughlin menegaskan, Pemerintah Inggris bangga mendukung Indonesia dalam mengembangkan potensi bioekonominya melalui kolaborasi dengan Bappenas dan Kadin Regenerative Forestry Business Hub (RFBH).
“Ini adalah langkah penting untuk melindungi keanekaragaman hayati, mengatasi perubahan iklim dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," ujarnya.
"Komitmen kuat kami untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam agenda iklim juga tercermin dalam Kemitraan Strategis yang baru dan lebih mendalam antara Inggris dan Indonesia, yang disepakati oleh Perdana Menteri Keir Starmer dan Presiden Prabowo Subianto pada November 2024 di London," imbuhnya.
Di kegiatan ini juga dilakukan diskusi panel dan pemberian plakat penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada kegiatan Multi Usaha Kehutanan sebagai proyek percontohan bioekonomi.
Para pelaku usaha tersebut berkomitmen dalam implementasi bisnis berbasis sumber daya hayati yang berkelanjutan, seperti Perum Perhutani, PT Mahorahora Bumi Nusantara, Indika Nature, dan PT Paragon Technology & Innovation.