TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Danareksa Research Institute (DRI) merilis riset terbarunya terkait outlook Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berjudul “Q2 2020 GDP Outlook: Bottoming Out”.
Dalam riset yang dikepalai Moekti P. Soejachmoen ini Danareksa menemukan fakta bahwa ekonomi domestik Indonesia terus terkontraksi secara triwulanan dan tahunan akibat penyebaran wabah Covid-19.
Selain itu, seluruh indikator ekonomi menunjukkan penurunan dan pertumbuhan dengan tren melambat.
Hasil analisis DRI juga menyebutkan, pembatasan sosial skala besar selama Q2 2020 berdampak pada melemahnya konsumsi rumah tangga karena masyarakat menahan atau mengurangi konsumsi mereka.
Penjualan eceran, penjualan mobil, dan penjualan sepeda motor masing-masing terkontraksi sebesar 17,37% yoy, 89,44% yoy, dan 79,07% yoy yang juga diikuti oleh lemahnya pertumbuhan kredit konsumen (2,32% yoy).
Kepercayaan melemah
Sementara itu, kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi terus melemah yang tercermin dari indeks kepercayaan konsumen yang terus turun ke level 72,63 pada bulan Juni 2020.
Penurunan ini didorong oleh lemahnya aktivitas ekonomi dan semakin terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan akibat maraknya pemutusan hubungan kerja.
Sementara itu, realisasi pendapatan pemerintah juga relatif lemah yang terlihat dari penerimaan pajak yang rendah (47,72%).
Investasi melemah
Di sisi lain, pertumbuhan investasi yang lemah terlihat dari kontraksi dalam pada penjualan semen dan impor barang modal pada Q2 2020 masing – masing sebesar -20,36% yoy dan -20,07% yoy.
Tren pelemahan ini sejalan dengan pertumbuhan kredit investasi yang rendah sebesar 5,61% yoy.
Penurunan investasi pada Q2 2020 mencerminkan melambatnya kegiatan konstruksi, serta penurunan pada pembelian mesin dan peralatan lainnya.
Dalam risetnya, DRI lebih lanjut menjelaskan bahwa melemahnya konsumsi dan investasi mempengaruhi sisi pasokan, seperti yang dapat dilihat pada Purchasing Manager Index (PMI) yang terkontraksi sebesar 44,76% yoy.
Penurunan terdalam terlihat pada sektor tekstil yang mencapai -62,75% yoy. Penurunan aktivitas manufaktur menjadi faktor terbesar melemahnya ekspor dan impor.
Berdasarkan indikator-indikator tersebut, DRI memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDB) Q2 2020 akan terkontraksi sebesar 3,58% yoy.
Meskipun demikian, adanya pelonggaran pembatasan sosial berskala besar menuju new normal yang didukung oleh peraturan pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat mendorong kegiatan ekonomi sehingga konsumsi masyarakat meningkat.
Selain itu juga diharapkan mendorong pula penyerapan anggaran negara yang lebih cepat, serta potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di kuartal berikutnya.