News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Resesi Ekonomi

Direktur Riset Core Indonesia Sebut RI secara Teknikal Sudah Alami Resesi

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah dalam diskusi Dialektika Demokrasi 'Ancaman Resesi Ekonomi dan Solusinya', di Media Center DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/8/2020)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Pertumbuhan Ekonomi RI di kuartal II (Q2) 2020 minus 5,32 persen (year on year/yoy).

Terkait itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, Indonesia secara teknikal sudah mengalami resesi.

Baca: Gara-gara Lockdown, Filipina Jatuh ke Dalam Jurang Resesi

Karena definisi resesi adalah keadaan ketika mengalami pertumbuhan ekonomi secara negatif secara dua triwulan berturut-turut.

"Kalau dibandingkan dengan Q2 dibandingkan Q1, itu juga negatif. Jadi sudah dua triwulan kita mengalami negatif, artinya ini kita sudah secara teknikal sudah resesi," ujar Piter dalam diskusi Dialektika Demokrasi 'Ancaman Resesi Ekonomi dan Solusinya', di Media Center DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/8/2020).

Terlepas apakah semua pihak meyakini Indonesia telah berada dalam kondisi resesi, Piter memprediksi kuartal III (Q3) secara year on year tetap akan negatif.

"Tinggal kita nunggu nanti bulan Oktober BPS akan secara resmi mengumumkan angka pertumbuhan negatif," kata dia.

Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19, sebenarnya sangat mudah untuk membayangkan pertumbuhan ekonomi akan berujung pada hasil negatif.

Karena komponen pertumbuhan ekonomi yang mencakup konsumsi, investasi, ekspor, hingga impor pasti akan mengalami penurunan akibat wabah virus corona.

"Kenapa? Karena wabah ini membatasi aktivitas sosial ekonomi tidak hanya di satu negara tapi di seluruh dunia. Artinya di tengah kondisi wabah sekarang ini aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan konsumsi, investasi, ekspor, impor akan turun di seluruh dunia," jelas Piter.

"Negara-negara yang tergantung kepada ekspor mengalami kontraksi yang jauh lebih besar, karena umumnya negara-negara itu nanti penurunan ekspornya jauh lebih dalam," imbuhnya.

Oleh karenanya, Piter mengatakan resesi yang dialami Indonesia saat ini adalah sebuah kenormalan baru yang disebabkan oleh wabah.

Namun, Piter mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik dalam menghadapi situasi ini.

Karena semua negara termasuk Singapura, Korea Selatan, Amerika dan negara lainnya akan mengalami resesi.

Bahkan banyak negara yang sudah resesi secara official atau resmi, karena triwulan 1 dan triwulan 2 mereka mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif.

Baca: Indonesia di Ambang Resesi, Politikus PKS Desak Pemerintah All Out Bangkitkan UMKM

"Jadi ini sebuah kenormalan baru, sebuah hal yang tidak terelakkan bahwa semua negara akan mengalami resesi di tengah wabah," kata Piter.

"Saya ingin menyampaikan dan mengimbau kepada seluruh masyarakat kita tidak perlu panik. Hal ini memang tidak kita inginkan, tetapi ini menimpa semua banyak semua negara, banyak negara. Dan resesi ini bukan, agak sulit mengatakannya tapi saya menyebutnya bukan disebabkan oleh kesalahan kebijakan, tapi resesi ini adalah akibat wabah," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini