News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Politikus Gelora: Indonesia Jangan Tiru China dan Amerika Atasi Resesi Ekonomi

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemandangan pengunjung di pusat perbelanjaan Grand Indonesia Mall, Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah menyebabkan dunia dilanda krisis ekonomi termasuk di Indonesia dan memicu jurang resesi ekonomi.

Berbagai negara menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan ketahanan ekonominya.

Seperti yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan China yang menggunakan Modern Monetary Theory (MMT), dimana teori tersebut tidak mengindahkan seberapa pun banyaknya utang negara selama utang tidak menimbulkan inflasi.

"Teori MMT ini mengatakan pemerintah dapat mencetak uangnya sendiri untuk membiayai pembangunannya sehingga akan mengakumulasi utang yang besar dan hal tersebut tidak bermasalah," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Ahmad Nur Hidayat dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (9/8/2020).

Baca: Perlu Terobosan Kreatif untuk Hindari Resesi Ekonomi

Menurutnya, teori MMT dapat bekerja di jangka pendek tapi tidak akan bekerja di jangka menengah dan panjang.

Teori tersebut, lanjutnya, saat ini dijalankan AS, China, Uni Eropa dan BRIC (akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, lima negara yang pertumbuhan ekonominya pesat) agar terhindar dari krisis global. 

Baca: 5 Negara Ini Masuk Resesi Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19 yang Berasal dari China

"MMT adalah konsep unlimited growth of money (pertumbuhan uang yang tidak terbatas) yang berbahaya, karena bila semua negara melakukan hal yang sama maka fiat money system akan collapse dan akhirnya uang yang dijamin negara tidak lagi dipercaya," katanya.

Orang akan mempercayai commodity based on money (uang berbasis komoditas) yang akan mempercepat polarisasi dunia menjadi negara kaya sumber daya/produksi versus negara miskin sumber daya/produksi.

Hancurnya fiat money system (sistem keuangan fiat) dan mengemukanya commodity based on money akan melahirkan perebutan sumber daya antar bangsa yang akhirnya mengancam peradaban dunia.

Fiat money sistem adalah uang yang nilainya berasal dari regulasi atau hukum pemerintah. Uang ini berbeda dengan uang komoditas yang didasarkan pada barang, yang biasanya merupakan logam mulia seperti emas atau perak.

"Jadi teori MMT tersebut tidak tepat untuk Indonesia, makanya kita tidak boleh main-main dengan stabilitas keuangan saat ini karena akhirnya membuat distabilitas yang lebih besar," kata Ahmad Nur yang juga sebagai pengamat kebijakan publik Narasi Institute itu.

MadNur, sapaan akrab Ahmad Nur Hidayat melihat indikasi kepentingan sektoral menguat daripada kepentingan nasional dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Bank Indonesia misalnya meminta bunga pasar untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar primer dengan alasan untuk kesehatan Neraca BI di masa depan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini