TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Pertumbuhan ekonomi Malaysia terkontraksi alias minus 17,1 persen pada kuartal II-2020.
Penyebabnya adalah pandemi virus corona (Covid-19) memukul ekspor dan konsumsi dalam negeri.
Dilansir dari Malay Mail, Jumat (14/8/2020), angka pertumbuhan ekonomi Malaysia tersebut merupakan rekor terendah sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1998.
Baca: Menko Luhut: Resesi Jangan Bikin Semua Pihak Pesimis
Baca: 10 Negara dari Asia hingga Eropa yang Alami Resesi Akibat Pandemi Covid-19, Indonesia Akan Menyusul?
Pada periode yang sama tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Malaysia mencapai 4,9 persen. Adapun pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Malaysia mencapai 0,7 persen.
Bank Negara Malaysia (BNM) dan Departemen Statistik Malaysia (DOSM) yang merilis data pertumbuhan ekonomi tersebut hari ini menyatakan, semua sektor ekonomi terpantau mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal II-2020.
Ini akibat kebijakan pembatasan sosial atau Movement Control Order (MCO) selama bulan April dan Mei 2020.
Hanya sektor pertanian yang mengalami peningkatan produksi.
"Penurunan tajam pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini disebabkan tiga fase MCO dan kontrol pergerakan kondisional yang diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Malaysia," kata Direktur DOSM Datuk Seri Uzir Mahidin dalam konferensi pers bersama BNM yang dilakukan secara virtual.
"Kapasitas (produksi) terhambat karena larangan yang diterapkan selama lockdown yang berdampak pada pertumbuhan di sektor jasa, manufaktur, dan konstruksi," imbuh Mahidin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertumbuhan Ekonomi Malaysia Minus 17,1 Persen pada Kuartal II-2020, Terendah sejak 1998"